INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Tragedi memilukan mengguncang Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Senin (12/5), saat proses pemusnahan amunisi usang berujung ledakan dahsyat. Sebanyak 13 orang dilaporkan tewas dalam insiden ini, termasuk personel militer dan warga sipil. Ledakan terjadi di tengah persiapan pemusnahan detonator, salah satu komponen paling sensitif dari sistem persenjataan.
Menurut keterangan resmi dari TNI AD, lokasi kejadian berada di area pemusnahan khusus milik militer, tempat amunisi kedaluwarsa dimusnahkan secara berkala. Brigjen Wahyu, salah satu pejabat yang turut menangani insiden ini, menjelaskan bahwa pemusnahan dilakukan melalui sistem lubang sumur — dua di antaranya telah digunakan untuk penghancuran amunisi secara aman.
Namun, ketika tim mulai menyiapkan lubang ketiga untuk memusnahkan detonator, ledakan mendadak terjadi. Suara ledakan terdengar hingga radius beberapa kilometer, memicu kepanikan warga sekitar. Petugas segera mensterilkan area, sementara evakuasi dan identifikasi korban dilakukan sepanjang malam.
Amunisi Kedaluwarsa: Bahaya yang Nyata
Amunisi yang telah melewati masa pakainya bukan hanya tidak lagi layak digunakan, tetapi juga bisa menjadi ancaman serius. Seiring waktu, komponen di dalam amunisi, termasuk bahan peledak dan pemicu, dapat mengalami degradasi yang membuatnya lebih sensitif terhadap guncangan atau suhu ekstrem.
“Proses disposal (pemusnahan) amunisi sebenarnya sudah memiliki protokol ketat,” ujar Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, Kepala Staf TNI Angkatan Darat, saat konferensi pers di Jakarta. “Namun kami mengakui bahwa risiko tetap ada, terutama saat menangani komponen seperti detonator.”
Standar Sudah Ada, Tapi Apakah Sudah Cukup?
Proses pemusnahan amunisi umumnya melibatkan tiga tahapan utama: pemeriksaan dan klasifikasi, penyingkiran dan pengelompokan, serta pelaksanaan pemusnahan. Dalam kasus kerusakan berat atau potensi bahaya tinggi, seperti pada detonator, amunisi tidak lagi diperbaiki, melainkan langsung dijadwalkan untuk dimusnahkan.
Metode pemusnahan bisa berupa pembakaran atau peledakan di lokasi khusus. Namun, pertanyaan mencuat: apakah metode dan peralatan yang digunakan saat ini masih relevan untuk menangani material militer yang kian kompleks?
Pengamat militer dari Lembaga Studi Pertahanan dan Keamanan (Lemhanas), Agus R. Santosa, menilai prosedur yang ada perlu diperbarui. “Penggunaan metode manual seperti lubang sumur masih dominan. Padahal, untuk komponen berisiko tinggi seperti detonator, teknologi robotik dan ruang ledak tertutup seharusnya mulai dipertimbangkan,” katanya.
Warga Sipil Jadi Korban, Zona Aman Dipertanyakan
Keberadaan korban sipil dalam insiden ini menimbulkan pertanyaan serius tentang protokol keamanan di sekitar lokasi pemusnahan. Idealnya, area semacam itu memiliki perimeter steril dengan jarak aman yang ketat.
“Kenapa masih ada warga yang bisa terkena dampak? Apakah pengamanan perimeter sudah cukup?” ujar Rina (45), warga sekitar yang rumahnya rusak akibat getaran ledakan. Sejumlah pihak mendesak agar investigasi dilakukan secara independen untuk mengungkap potensi kelalaian atau pelanggaran prosedur.
Evaluasi Menyeluruh Didesak
Pascainsiden, TNI memastikan bahwa seluruh aktivitas pemusnahan amunisi di wilayah lain dihentikan sementara untuk evaluasi. “Kami akan membentuk tim investigasi internal dan membuka diri untuk audit dari instansi lain,” ujar Brigjen Wahyu.
Namun, sejumlah pengamat menilai langkah tersebut belum cukup. Transparansi dan akuntabilitas dinilai penting untuk memulihkan kepercayaan publik, terutama mengingat korban sipil turut jatuh dalam tragedi ini.
Pertanyaan Umum (FAQ): Ledakan Amunisi di Garut – 12 Mei 2025
1. Apa yang sebenarnya terjadi di Garut pada 12 Mei 2025?
Terjadi ledakan saat proses pemusnahan amunisi kedaluwarsa oleh tim militer di area khusus di Kabupaten Garut. Ledakan kedua, yang diduga berasal dari detonator, menewaskan 13 orang, termasuk personel militer dan warga sipil.
2. Apa itu amunisi kedaluwarsa dan mengapa harus dimusnahkan?
Amunisi kedaluwarsa adalah amunisi yang telah melewati masa simpan optimal dan tidak lagi aman digunakan. Karena bisa menjadi tidak stabil, amunisi ini harus dimusnahkan secara profesional untuk mencegah ledakan tidak disengaja.
3. Bagaimana proses pemusnahan amunisi dilakukan?
Prosesnya meliputi:
-
Pemeriksaan dan klasifikasi amunisi
-
Pemisahan dari gudang aktif
-
Pemusnahan melalui pembakaran atau peledakan di lokasi khusus
Disposal dilakukan oleh tim ahli dengan persetujuan otoritas militer.
4. Mengapa bisa terjadi ledakan jika proses sudah sesuai prosedur?
Meskipun sudah mengikuti SOP, risiko tetap ada, terutama saat menangani komponen sangat sensitif seperti detonator. Ledakan di Garut terjadi saat tahap persiapan pemusnahan detonator, yang memiliki potensi ledak tinggi meski hanya terguncang sedikit.
5. Mengapa ada warga sipil yang menjadi korban?
Diduga warga berada dalam radius yang tidak sepenuhnya steril. Hal ini memunculkan pertanyaan soal efektivitas pengamanan dan penetapan zona aman di sekitar lokasi pemusnahan.
6. Apakah kejadian ini pernah terjadi sebelumnya?
Ya, Indonesia pernah mengalami beberapa insiden terkait amunisi usang. Salah satunya adalah ledakan gudang amunisi di Pondok Ungu (2008) dan insiden di Cimahi (2020), meski dengan dampak yang berbeda.
7. Apa yang dilakukan pemerintah atau TNI setelah kejadian ini?
TNI menghentikan sementara seluruh kegiatan pemusnahan amunisi untuk evaluasi menyeluruh. Tim investigasi juga dibentuk untuk menelusuri penyebab pasti dan potensi kelalaian prosedur.
8. Bagaimana seharusnya amunisi kedaluwarsa ditangani agar lebih aman?
Rekomendasinya:
-
Memanfaatkan teknologi robotik untuk penanganan jarak jauh
-
Menggunakan ruang ledak tertutup, bukan hanya lubang tanah
-
Menetapkan zona aman dengan pengawasan ketat
-
Pelatihan rutin dan audit prosedur oleh pihak independen
9. Apakah masyarakat harus khawatir dengan keberadaan gudang amunisi di sekitar pemukiman?
Secara umum, gudang amunisi militer memiliki sistem keamanan ketat. Namun, insiden seperti ini menunjukkan pentingnya keterbukaan informasi kepada warga sekitar dan jaminan bahwa protokol keselamatan dijalankan sepenuhnya.
10. Apakah korban sudah mendapatkan penanganan?
Ya. Tim evakuasi gabungan dari TNI, Polri, dan pemerintah daerah telah mengevakuasi korban, dan proses identifikasi serta santunan sedang dilakukan bagi keluarga korban.
IKUTI INDONESIAUPDATES.COM
GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL