INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang signifikan. Dalam 24 jam terakhir, terpantau 60 kali guguran lava dan 121 kali gempa guguran, yang menandakan bahwa suplai magma masih berlangsung di dalam gunung api yang aktif ini.
Aktivitas Vulkanik Merapi: 60 Kali Guguran Lava dan 121 Kali Gempa
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso dalam keterangannya mengungkapkan bahwa pada periode pemantauan dari Minggu (27/4/2025) hingga Senin (28/4/2025) dini hari, Gunung Merapi memuntahkan 60 kali guguran lava yang mengarah ke barat daya, tepatnya ke Kali Bebeng, Kali Krasak, dan Kali Putih. Jarak luncur lava maksimum tercatat mencapai 1.900 meter.
Selain itu, BPPTKG juga mencatat adanya 121 kali gempa guguran dengan amplitudo yang bervariasi antara 2 hingga 19 milimeter. Durasi gempa ini berlangsung antara 37,81 hingga 184,3 detik. Gempa-gempa ini menunjukkan adanya pergerakan magma yang terus berlangsung, yang dapat memicu potensi terjadinya awan panas guguran.
Status Gunung Merapi Masih Siaga Level III
Meskipun aktivitas vulkanik Gunung Merapi terpantau terus meningkat, status gunung api ini tetap berada pada level III atau siaga. Masyarakat di sekitar kawasan Merapi, terutama di sektor selatan dan barat daya, diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah potensi bahaya yang meliputi Sungai Boyong, Sungai Bedog, Sungai Krasak, dan Sungai Bebeng. Wilayah-wilayah ini memiliki radius bahaya yang bervariasi, antara 5 hingga 7 kilometer dari puncak gunung.
Potensi Bahaya Awan Panas dan Lahar
BPPTKG juga mengingatkan masyarakat mengenai potensi bahaya lain yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas Gunung Merapi, seperti awan panas guguran dan lahar. Khususnya saat hujan, potensi lahar dapat meningkat dengan cepat, berisiko mengalir melalui sungai-sungai yang berada di sekitar gunung. Warga di sektor tenggara Merapi juga diimbau untuk waspada terhadap potensi bahaya di Sungai Woro dan Sungai Gendol, dengan radius masing-masing 3 kilometer dan 5 kilometer.
Suplai magma masih berlangsung, yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran. Kami terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik ini,” jelas Agus Budi Santoso.
Warga Diimbau Waspada terhadap Dampak Abu Vulkanis
Selain itu, warga di sekitar Gunung Merapi juga diminta untuk mengantisipasi dampak abu vulkanis apabila terjadi erupsi lebih besar. Abu vulkanis dapat terhembus jauh ke berbagai arah tergantung pada arah angin, berpotensi mengganggu aktivitas masyarakat dan kesehatan.
Langkah Pengamanan dan Mitigasi
BPPTKG mengimbau masyarakat untuk tetap berada di luar zona bahaya dan mengikuti instruksi resmi dari pihak berwenang. Penjagaan ketat di wilayah rawan bahaya terus dilakukan untuk memastikan keselamatan warga dan wisatawan yang berkunjung ke kawasan sekitar Gunung Merapi.
Aktivitas vulkanik Gunung Merapi menunjukkan tanda-tanda peningkatan, dengan guguran lava dan gempa yang terus terjadi. Meskipun status siaga masih berlaku, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya yang dapat timbul, seperti awan panas dan lahar. Penting untuk selalu mengikuti instruksi dari BPPTKG dan pihak berwenang guna menghindari risiko yang lebih besar.
Pertanyaan Umum (FAQ): Aktivitas Gunung Merapi dan Potensi Bahayanya
1. Apa yang terjadi di Gunung Merapi dalam 24 jam terakhir?
Dalam 24 jam terakhir, Gunung Merapi memuntahkan 60 kali guguran lava yang mengarah ke barat daya, dengan jarak luncur maksimum 1.900 meter. Selain itu, terjadi 121 kali gempa guguran yang menunjukkan adanya aktivitas magma yang terus berlangsung.
2. Apa penyebab terjadinya gempa guguran di Gunung Merapi?
Gempa guguran di Gunung Merapi terjadi akibat pergerakan material vulkanik, seperti lava dan batuan, yang turun dari puncak gunung. Aktivitas ini menunjukkan bahwa suplai magma ke permukaan masih berlangsung dan bisa memicu potensi terjadinya awan panas atau lahar.
3. Apa potensi bahaya yang ditimbulkan oleh Gunung Merapi?
Potensi bahaya utama yang dapat ditimbulkan oleh Gunung Merapi adalah guguran lava, awan panas guguran, dan lahar. BPPTKG mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap potensi bahaya di sungai-sungai sekitar gunung, seperti Sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, Woro, dan Gendol, yang dapat terancam lahar atau awan panas.
4. Apakah status Gunung Merapi sudah dinaikkan menjadi erupsi?
Hingga saat ini, status Gunung Merapi masih berada pada level III atau “siaga”. Ini berarti masih ada potensi terjadinya erupsi, tetapi belum terjadi erupsi besar. BPPTKG terus memantau aktivitas gunung dan akan menginformasikan perkembangan terbaru kepada masyarakat.
5. Seberapa jauh potensi bahaya dari Gunung Merapi?
Potensi bahaya dari Gunung Merapi dapat mencapai jarak hingga 5 hingga 7 kilometer dari puncak gunung, terutama di sektor selatan dan barat daya, yang mencakup Sungai Boyong, Bedog, Krasak, dan Bebeng. Di sektor tenggara, potensi bahaya mencakup Sungai Woro hingga 3 kilometer dan Sungai Gendol hingga 5 kilometer.
6. Apa yang harus dilakukan masyarakat yang tinggal dekat Gunung Merapi?
Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di dalam zona bahaya yang telah ditetapkan, serta mengikuti instruksi dari BPPTKG dan pihak berwenang setempat. Warga juga disarankan untuk selalu siap dengan peralatan darurat dan memantau perkembangan aktivitas gunung.
7. Bagaimana cara mengantisipasi dampak abu vulkanis dari erupsi Merapi?
Warga di sekitar Gunung Merapi perlu mengenakan masker dan pelindung wajah untuk menghindari inhalasi abu vulkanis. Selain itu, pastikan ventilasi rumah tetap tertutup rapat dan segera membersihkan abu yang menumpuk di sekitar rumah. Jika abu cukup tebal, segera cari tempat berlindung yang aman.
8. Apakah aktivitas Gunung Merapi mempengaruhi transportasi di daerah sekitar?
Abu vulkanis yang dihasilkan dari aktivitas Gunung Merapi dapat mengganggu transportasi, terutama di jalan-jalan yang terpapar abu. Oleh karena itu, pengendara diimbau untuk berhati-hati saat berkendara dan menghindari daerah-daerah yang terpapar abu vulkanis.
9. Bagaimana BPPTKG memantau aktivitas Gunung Merapi?
BPPTKG memantau aktivitas Gunung Merapi melalui berbagai alat, termasuk seismograf dan pemantauan visual. Data dari alat ini digunakan untuk memberikan informasi yang akurat mengenai potensi bahaya dan mengeluarkan peringatan kepada masyarakat.
10. Apa yang harus dilakukan wisatawan yang ingin berkunjung ke sekitar Gunung Merapi?
Wisatawan diimbau untuk memeriksa status terkini dan mengikuti arahan dari pihak berwenang sebelum melakukan perjalanan ke sekitar Gunung Merapi. Jika Anda berada di area yang termasuk dalam zona bahaya, disarankan untuk menunda perjalanan demi keselamatan.
IKUTI INDONESIAUPDATES.COM
GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL