INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL –Lebih dari 13.000 pecalang dari 1.500 desa adat se-Bali berkumpul dalam Gelar Agung Pasikian Pecalang Bali yang berlangsung Sabtu pagi di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar. Acara ini menjadi momen penting untuk menyuarakan sikap tegas menolak keberadaan organisasi masyarakat (ormas) yang berkedok penjaga keamanan namun berperilaku premanisme.
Para pecalang menyatakan komitmen kuat mendukung TNI dan Polri dalam menjaga ketertiban umum di Bali. Mereka juga mendukung sistem keamanan terpadu berbasis desa adat yang dinilai lebih efektif dan sesuai dengan kearifan lokal.
Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet, memberikan dukungan penuh kepada para pecalang. Ia menegaskan, “Pecalang sudah ada ribuan tahun sebelum NKRI terbentuk dan telah menjaga Bali sejak dahulu. Ini adalah panggilan hati untuk ngayah, mengabdi menjaga tanah kelahiran, Nindihin Gumi Bali.”
Ida juga menyoroti perlunya insentif bagi pecalang, yang selama ini menjalankan tugas tanpa honor, gaji, maupun insentif, namun tetap semangat melindungi masyarakat dan adat istiadat Bali.
Penyarikan Utama Pasikian Pecalang Bali, Ngurah Pradnyana, menegaskan bahwa acara ini merupakan aspirasi dari seluruh pecalang Bali sebagai respons terhadap kekhawatiran meningkatnya ormas premans yang mengklaim pengamanan. “Kami ingin aspirasi perjuangan Semeton Pecalang tidak dipersepsikan negatif. Gelar Agung ini menjadi wadah penyatuan suara pecalang dari seluruh desa adat di Bali,” jelasnya.
Gelar Agung ini juga menjadi simbol nyata semangat warga adat Bali mempertahankan sistem keamanan tradisional yang telah teruji selama berabad-abad, sekaligus menolak intervensi ormas luar yang mengancam ketertiban dan kearifan lokal.
Pertanyaan Umum (FAQ): Pecalang Tolak Premanisme di Gelar Agung Pasikian Bali
1. Apa itu Gelar Agung Pasikian Pecalang Bali?
Gelar Agung Pasikian Pecalang Bali adalah acara besar yang mempertemukan para pecalang dari seluruh desa adat di Bali. Pada tahun 2025, acara ini diadakan di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, untuk menyuarakan sikap dan komitmen mereka dalam menjaga ketertiban dan adat Bali.
2. Siapa yang hadir dalam acara Gelar Agung tersebut?
Acara dihadiri oleh lebih dari 13.000 pecalang dari 1.500 desa adat se-Bali, termasuk 20 pecalang perempuan.
3. Apa tujuan utama dari acara ini?
Tujuan utama adalah untuk menyatakan penolakan terhadap premanisme yang mengatasnamakan ormas penjaga keamanan, serta memperkuat dukungan terhadap TNI dan Polri dalam menjaga ketertiban di Bali.
4. Apa itu pecalang?
Pecalang adalah satuan keamanan tradisional Bali yang bertugas menjaga ketertiban dan adat-istiadat di lingkungan desa adat. Mereka bekerja secara sukarela tanpa menerima gaji atau insentif dari pemerintah.
5. Mengapa pecalang menolak ormas luar yang bersikap premanisme?
Karena keberadaan ormas luar yang mengklaim berfungsi sebagai penjaga keamanan justru kerap bertindak seperti preman, yang dikhawatirkan merusak sistem keamanan adat Bali yang telah berjalan baik selama berabad-abad.
6. Apakah pemerintah mendukung peran pecalang?
Ya, Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali mendukung penuh peran pecalang dan bahkan mendorong agar ke depannya mereka mendapatkan insentif atau dukungan lebih konkret atas pengabdian mereka.
7. Apa makna “Nindihin Gumi Bali”?
“Nindihin Gumi Bali” berarti menjaga dan membela tanah kelahiran Bali. Ini adalah prinsip utama pengabdian para pecalang sebagai penjaga adat dan ketertiban lokal.
IKUTI INDONESIAUPDATES.COM
GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL