INDONESIAUPDATES.COM, INTERNASIONAL – Ketegangan di Jalur Gaza kembali meningkat setelah militer Israel memerintahkan evakuasi massal terhadap warga di wilayah Gaza utara. Perintah ini menandai babak baru dari operasi militer intensif melawan kelompok Hamas yang telah berlangsung selama hampir 20 bulan.
Dalam pernyataan resmi yang disiarkan melalui media sosial dan pesan teks massal, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meminta warga untuk segera mengungsi ke selatan, tepatnya ke wilayah Al-Mawasi di Khan Younis, yang oleh Israel ditetapkan sebagai “zona kemanusiaan”.
“Pasukan Pertahanan Israel beroperasi dengan kekuatan ekstrem di wilayah-wilayah ini. Operasi militer akan meningkat, mengintensifkan, dan meluas hingga ke pusat kota untuk menghancurkan kemampuan organisasi-organisasi teroris,” tulis pernyataan IDF, Minggu (29/6/2025).
Peringatan Bahaya bagi Sandera
Seorang pejabat keamanan senior Israel menyatakan bahwa operasi militer hampir mencapai tujuannya. Namun, ia juga memperingatkan bahwa eskalasi pertempuran ke wilayah-wilayah baru berpotensi membahayakan sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas.
Serangan udara dilaporkan meningkat tajam di Jabalia, salah satu wilayah padat penduduk di Gaza utara. Petugas medis setempat melaporkan bahwa beberapa rumah hancur akibat pemboman, menewaskan sedikitnya enam orang.
Trump Desak Gencatan Senjata
Di tengah meningkatnya agresi militer Israel, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan diakhirinya konflik. Lewat akun Truth Social miliknya, Trump meminta agar kedua pihak segera menyepakati gencatan senjata dan memprioritaskan pembebasan sandera.
“Buat kesepakatan di Gaza, dapatkan kembali para sandera,” tulis Trump.
Mediator Internasional Bergerak
Eskalasi terbaru ini terjadi di saat upaya diplomatik tengah dilakukan oleh mediator dari Mesir dan Qatar dengan dukungan Amerika Serikat. Mereka berupaya menengahi gencatan senjata dan menyusun kesepakatan pembebasan sandera Israel dan warga asing yang masih ditahan oleh Hamas.
Sementara itu, sejumlah organisasi kemanusiaan internasional menyoroti potensi krisis kemanusiaan akibat pemindahan paksa ribuan warga sipil dan intensifikasi serangan di wilayah padat penduduk.