INDONESIAUPDATES.COM, INTERNASIONAL – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah melonjak drastis pada Senin (16/6) dini hari setelah serangan rudal balasan dari Iran menghantam kota-kota utama di Israel, termasuk Tel Aviv dan Haifa. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai puluhan lainnya, memicu kepanikan di tengah warga sipil serta kekhawatiran akan perang terbuka antara dua kekuatan regional.
Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengklaim bertanggung jawab atas operasi tersebut, yang disebut sebagai balasan atas serangan udara Israel ke berbagai situs strategis di Iran sejak Jumat lalu (13/6). Dalam pernyataannya, IRGC menyatakan telah menggunakan “metode baru” untuk menembus sistem pertahanan canggih Israel yang didukung oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
“Inisiatif dan kemampuan dalam operasi ini berhasil mengenai target secara maksimal,” ujar juru bicara IRGC dalam siaran televisi nasional Iran.
Pasar dan Permukiman Jadi Target
Beberapa rudal Iran jatuh di kawasan padat penduduk Tel Aviv, termasuk di sekitar pasar tradisional Shuk HaCarmel, yang populer di kalangan wisatawan dan warga lokal. Wilayah Petach Tikva serta sekolah di Bnei Brak – pemukiman komunitas Yahudi ultra-Ortodoks – juga terkena dampak serangan.
Di Haifa, laporan otoritas lokal menyebutkan terjadinya kebakaran besar di dekat pembangkit listrik. Sedikitnya 30 orang mengalami luka-luka akibat ledakan dan puing bangunan. Tiga korban tewas dilaporkan di Tel Aviv, termasuk seorang anak-anak.
“Kami baru masuk ke tempat perlindungan saat ledakan menghancurkan pintunya. Orang-orang masuk sambil berlumuran darah,” ujar Guydo Tetelbaun, warga Tel Aviv, kepada Reuters. “Dinding apartemen kami ambruk, kaca-kaca hancur.”
Rekaman amatir yang beredar luas memperlihatkan langit Tel Aviv dan Yerusalem yang diterangi cahaya ledakan rudal, dengan suara gemuruh terdengar hingga radius beberapa kilometer dari Kedutaan Besar AS.
Israel Balas Gempur Iran
Sebagai pemicu konflik, Israel disebut telah memulai serangkaian serangan udara terhadap situs nuklir dan militer Iran pada Jumat lalu. Serangan ini menewaskan lebih dari 224 orang, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Iran, yang menyebut 90 persen korban adalah warga sipil.
Militer Israel belum mengungkapkan seluruh rincian operasi, namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa negaranya akan “melakukan apa pun yang perlu dilakukan” untuk mempertahankan diri.
Di sisi lain, sumber diplomatik menyebut bahwa Iran telah menolak tawaran gencatan senjata dari Qatar dan Oman, dengan alasan agresi Israel yang masih berlangsung di wilayah mereka.
Trump Veto Rencana Pembunuhan Khamenei
Dalam laporan terpisah dari Washington, dua pejabat tinggi AS mengungkap bahwa Presiden Donald Trump telah memblokir rencana Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei dalam serangan mendatang. Langkah ini disebut diambil untuk mencegah eskalasi konflik menuju perang total.
“Kami berharap ada kesepakatan damai, tapi kadang mereka harus bertarung dulu,” ujar Trump sebelum bertolak ke KTT G7 di Kanada.
Meski demikian, militer AS tetap membantu Israel dalam menembak jatuh sejumlah rudal Iran yang mengarah ke wilayah sipil.
Dunia Internasional Prihatin
Ketegangan Iran–Israel menjadi pembahasan utama dalam pertemuan G7 di Pegunungan Rocky, Kanada. Kanselir Jerman Friedrich Merz menyerukan perlunya langkah-langkah diplomatik yang berfokus pada empat poin:
-
Mencegah Iran memperoleh senjata nuklir,
-
Menjamin hak Israel membela diri,
-
Mencegah eskalasi kawasan,
-
Membuka ruang dialog internasional.
Sementara itu, perundingan nuklir yang semula dijadwalkan antara AS dan Iran pada Minggu kemarin telah dibatalkan. Teheran menyatakan tidak akan berunding selama serangan terhadap negaranya masih berlangsung.
Kondisi Regional Makin Genting
Kementerian Luar Negeri sejumlah negara, termasuk Indonesia, telah mengeluarkan imbauan kepada warga negaranya untuk segera meninggalkan kawasan berisiko tinggi. Komisi I DPR RI pun menyerukan evakuasi segera bagi WNI di wilayah konflik, termasuk pekerja migran di Teluk.