INDONESIAUPDATES.COM, KESEHATAN – Tidak semua orang yang memilih menyendiri berarti sedang stres atau ingin menenangkan diri. Dalam sejumlah kasus, keinginan kuat untuk menjauhi interaksi sosial bisa menjadi pertanda gangguan mental yang disebut schizoid personality disorder (SPD).
SPD adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan ketidakmampuan membangun hubungan dekat dan ekspresi emosi yang sangat terbatas. Pengidapnya kerap tampak acuh terhadap lingkungan sekitar, bahkan tidak tertarik untuk bersosialisasi.
Perbedaan dengan Gangguan Mental Lain
Meski memiliki nama yang mirip, schizoid berbeda dengan skizofrenia maupun skizotipal personality disorder. Pengidap schizoid tidak mengalami delusi atau halusinasi seperti skizofrenia, dan juga tidak menunjukkan perilaku eksentrik yang khas pada skizotipal.
Berbeda pula dengan gangguan kecemasan sosial, yang ditandai rasa takut saat harus berinteraksi, SPD justru ditandai dengan ketidakpedulian terhadap keberadaan orang lain.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Menurut Mayo Clinic, beberapa tanda umum SPD meliputi:
-
Ketertarikan yang rendah terhadap hubungan sosial.
-
Kesulitan mengekspresikan atau merespons emosi.
-
Tidak terpengaruh oleh pujian maupun kritik.
-
Cenderung hidup dalam fantasi dan imajinasi.
-
Kurang motivasi untuk mengejar tujuan pribadi.
Pola perilaku ini biasanya berlangsung dalam jangka panjang dan tidak bersifat sementara.
Apa Penyebabnya?
Hingga kini, penyebab pasti SPD belum diketahui. Namun, para ahli meyakini faktor genetik dan lingkungan masa kecil turut berperan. Individu yang tumbuh dalam keluarga dengan riwayat gangguan kepribadian atau kurang mendapat perhatian emosional, lebih berisiko mengalami kondisi ini.
Penanganan: Terapi dan Dukungan Psikologis
Banyak pengidap SPD tidak menyadari bahwa dirinya memerlukan bantuan profesional. Meski begitu, diagnosis dan penanganan yang tepat dapat membantu mereka menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan fungsional.
Beberapa bentuk penanganan umum meliputi:
1. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
CBT bertujuan mengubah pola pikir dan perilaku negatif. Terapi ini dapat membantu pengidap memahami perasaan mereka dan merespons secara lebih adaptif.
2. Terapi Kelompok
Melalui terapi kelompok, individu diajak untuk membangun koneksi sosial secara bertahap dalam lingkungan yang aman dan suportif.
3. Obat-obatan
Meski tidak ada obat khusus untuk SPD, psikiater dapat meresepkan antidepresan atau obat anticemas guna mengelola gejala yang menyertai, seperti kecemasan atau depresi.
Mencari Bantuan Bukan Tanda Kelemahan
SPD bukan kondisi yang bisa diabaikan. Bila tidak ditangani, gangguan ini bisa menghambat kehidupan personal, profesional, hingga emosional pengidapnya. Mencari bantuan dari psikolog atau psikiater bukanlah bentuk kelemahan, tetapi langkah pertama menuju pemulihan.
Jika Anda atau orang terdekat menunjukkan gejala seperti yang disebutkan, konsultasikan ke ahli kesehatan mental untuk evaluasi lebih lanjut. Pemahaman yang tepat dan dukungan yang cukup dapat membantu mereka menjalani hidup yang lebih berkualitas.