INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Harga emas mengalami pelemahan tipis pada awal pekan ini setelah reli tajam yang terjadi pekan lalu. Koreksi ini dipicu oleh penguatan terbatas imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) serta aksi ambil untung dari para investor.
Berdasarkan data perdagangan Senin (4/8/2025), harga emas spot turun sebesar 0,1% menjadi US$ 3.359,99 per ons. Meski demikian, harga emas berjangka AS justru mencatat kenaikan sebesar 0,4% menjadi US$ 3.413,40 per ons.
Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen, menyebut pergerakan tersebut sebagai bentuk konsolidasi pasar setelah lonjakan besar sebelumnya.
“Pasar akan tetap berada dalam kisaran terbatas dengan penurunan hari ini sejalan dengan beberapa pembalikan yang terlihat di seluruh pasar setelah pergerakan besar, terutama imbal hasil yang sedikit menguat dan saham yang telah mengalami rebound,” ujar Hansen, dikutip dari Reuters.
Imbal Hasil Obligasi AS dan Rebound Saham Jadi Faktor Tekanan
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10-tahun mengalami kenaikan dari posisi terendah dalam lima pekan terakhir. Hal ini mengurangi daya tarik emas sebagai aset lindung nilai karena emas tidak menawarkan imbal hasil.
Sementara itu, pasar saham mencatat rebound, ditopang sentimen beli saat harga turun (buy the dip), menyusul pelemahan yang terjadi setelah rilis data penggajian mingguan.
Data Ketenagakerjaan AS Jadi Fokus Pasar
Data terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa penggajian nonpertanian (non-farm payroll) naik hanya 73.000 pada bulan Juli. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan bulan Juni yang telah direvisi turun menjadi 14.000. Lemahnya data ketenagakerjaan memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan September mendatang.
Kinerja Logam Mulia Lainnya
Selain emas, sejumlah logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan harga yang bervariasi:
-
Perak spot naik 0,9% menjadi US$ 37,34 per ons
-
Platinum naik 0,4% menjadi US$ 1.320,19 per ons
-
Paladium turun 0,2% menjadi US$ 1.205,93 per ons