...
IsraelBeritaInternasional

Israel Serang Reaktor Nuklir Iran, Rudal Balasan Hantam Rumah Sakit di Israel

×

Israel Serang Reaktor Nuklir Iran, Rudal Balasan Hantam Rumah Sakit di Israel

Bagikan Berita Ini
Ilustrasi - Serangan rudal Iran di Tel Aviv, Israel, Senin 16 Juni 2025.
Ilustrasi - Serangan rudal Iran di Tel Aviv, Israel, Senin 16 Juni 2025.

INDONESIAUPDATES.COM, INTERNASIONAL – Ketegangan di Timur Tengah mencapai titik kritis setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap situs nuklir utama Iran, sementara Iran membalas dengan rudal yang menghantam fasilitas sipil di Israel, termasuk sebuah rumah sakit di wilayah selatan.

Konflik dua negara bersenjata ini memicu kekhawatiran dunia internasional, termasuk potensi pecahnya perang terbuka yang dapat menyeret kekuatan global lainnya.

Israel Serang Reaktor Nuklir Khondab dan Natanz

Pada Kamis pagi, 19 Juni 2025, militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah menghantam reaktor nuklir Khondab di Arak, salah satu fasilitas nuklir Iran yang dianggap memiliki potensi tinggi dalam memproduksi plutonium—bahan utama pembuatan senjata nuklir.

Tak hanya itu, Israel juga menyerang kompleks Natanz, yang dikenal sebagai lokasi pengembangan komponen senjata nuklir Iran. Serangan ini dilaporkan menyebabkan kerusakan signifikan pada fasilitas reaktor dan instalasi pertahanan bawah tanah.

“Fasilitas reaktor berat seperti Khondab memiliki risiko tinggi terhadap proliferasi nuklir,” tulis Reuters dalam laporan eksklusifnya.

Iran Balas Serangan, Rumah Sakit di Israel Jadi Korban

Sebagai respons, Iran meluncurkan lebih dari 400 rudal ke wilayah Israel, dengan beberapa rudal menghantam Tel Aviv dan Beersheba. Salah satu rudal menyebabkan kerusakan parah pada Soroka Medical Center di Israel Selatan, melukai puluhan orang dan memicu kepanikan warga sipil.

Garda Revolusi Iran mengklaim target serangan adalah markas militer Israel, namun beberapa rudal menyasar area sipil. Serangan ini juga menyebabkan kerusakan di kawasan Ramat Gan, dan membuat sejumlah warga terperangkap dalam gedung yang hancur.

Korban Tewas Tembus Ratusan, Kedua Pihak Saling Klaim Angka

  • Otoritas Israel menyebut: 24 warga sipil tewas, 40 rudal berhasil menembus sistem pertahanan udara.

  • Iran mencatat: 224 korban jiwa, sedangkan laporan dari HRANA mengklaim angka kematian bisa mencapai 639 jiwa dan lebih dari 1.300 luka-luka.

Kedua belah pihak masih terus meluncurkan serangan di beberapa titik hingga hari ini.

Trump Bungkam, Dunia Desak Diplomasi

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, saat ditanya apakah AS akan membantu Israel secara militer, hanya menjawab singkat:

“Saya mungkin melakukannya, mungkin tidak. Tidak ada yang tahu.”

Meski demikian, Trump menyatakan bahwa Iran telah mengirim sinyal untuk bertemu langsung di Washington. Namun, Senator Demokrat AS memperingatkan bahwa keterlibatan militer AS harus mendapat persetujuan Kongres dan menyerukan jalur diplomasi sebagai solusi utama.

Iran: Kami Tidak Akan Menyerah

Dalam pidato televisi pertamanya sejak konflik meningkat, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa bangsa Iran tidak akan tunduk pada tekanan luar.

“Setiap intervensi militer AS akan menimbulkan kerusakan yang tidak bisa diperbaiki. Bangsa Iran tidak akan menyerah,” tegasnya.

Iran tetap bersikukuh bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai, meskipun Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mencatat pelanggaran atas perjanjian nonproliferasi oleh Teheran.

Eropa Serukan Negosiasi Damai

Menanggapi situasi yang memanas, Jerman, Prancis, dan Inggris mengumumkan akan menggelar pertemuan darurat dengan delegasi Iran di Jenewa pada Jumat, 20 Juli 2025. Fokus utama adalah mengembalikan Iran ke meja perundingan nuklir dan menghentikan eskalasi.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menolak berspekulasi tentang keterlibatan AS dalam konflik, dan menegaskan bahwa solusi damai harus diutamakan.

Situasi Timur Tengah di Ambang Perang Besar

Serangan Israel terhadap situs nuklir Iran dan rudal balasan yang menyasar wilayah sipil telah membawa krisis ini ke titik paling berbahaya dalam dekade terakhir. Analis militer memperingatkan bahwa jika tidak ada langkah diplomatik konkret dalam waktu dekat, perang regional berskala luas tak bisa dihindari.