INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Sejumlah pekerja migran Indonesia kembali menjadi korban tindakan brutal di luar negeri. Lima pekerja migran yang tidak bersenjata ditembak mati oleh otoritas bersenjata Malaysia, sebuah insiden yang kembali mengundang perhatian luas terkait perlindungan tenaga kerja Indonesia di negara tetangga tersebut.
Kasus ini mendapat kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk dari lembaga Migrant Care. Direktur Eksekutif Migrant Care, Wahyu Susilo, menegaskan bahwa tindakan penembakan ini merupakan bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang serius dan tidak bisa dibenarkan, karena para pekerja tersebut tidak melakukan perlawanan atau membahayakan aparat dengan senjata api.
Pelanggaran Hukum Internasional
Menurut Wahyu, penembakan tanpa melalui proses hukum yang jelas adalah tindakan yang melanggar hukum internasional. “Status undocumented atau ilegal bukan alasan untuk melakukan eksekusi tanpa peradilan,” tegasnya, sebagaimana yang dilansir Beritasatu.com pada Sabtu (1/2/2025).
Pelanggaran HAM yang terjadi dalam insiden ini disebut oleh Migrant Care sebagai bentuk “summary execution” atau “extra judicial killing,” yang artinya tindakan kekerasan tersebut dilakukan tanpa pengadilan yang sah dan proses hukum yang seharusnya. Dalam konteks hukum internasional, tindakan ini jelas melanggar prinsip dasar hak asasi manusia.
Kekerasan Tanpa Pertimbangan
Penembakan tersebut menyoroti ketidakseimbangan kekuatan antara aparat bersenjata Malaysia dengan para pekerja migran yang tidak bersenjata. Wahyu juga mengingatkan bahwa sebelum eksekusi dilakukan, seharusnya ada upaya persuasif, pemberian peringatan, bahkan tindakan yang lebih tepat jika diperlukan, seperti melumpuhkan pelaku tanpa harus mengambil nyawa.
“Kekerasan terhadap pekerja migran ini bukan hanya soal hukum, tapi soal hak asasi manusia. Harus ada prosedur yang jelas dan menghargai nyawa manusia,” tambah Wahyu.
Meningkatnya Kasus Kekerasan terhadap Pekerja Migran Indonesia
Sejak 2020, Migrant Care mencatat bahwa sudah ada 75 pekerja migran Indonesia yang meninggal dunia akibat tindakan serupa di Malaysia. Angka ini mengungkapkan dengan jelas bahwa Malaysia semakin menunjukkan sikap yang tidak ramah terhadap pekerja migran Indonesia, yang justru mencari nafkah dengan niat baik.
Insiden ini kembali menyoroti bagaimana pekerja migran Indonesia, yang sebagian besar bekerja di sektor informal dengan upah rendah, sering kali menjadi korban kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia di luar negeri. Hal ini menambah deretan panjang masalah yang dihadapi oleh tenaga kerja Indonesia di Malaysia, yang telah lama dikenal dengan masalah ketenagakerjaan dan pelanggaran HAM terhadap pekerja asing.
Seruan untuk Pemerintah Indonesia
Dalam menanggapi insiden ini, Migrant Care mendesak agar pemerintah Indonesia lebih proaktif dalam mencari pasar tenaga kerja baru yang lebih ramah terhadap hak pekerja migran. Wahyu Susilo menambahkan bahwa Indonesia harus mulai mempertimbangkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara-negara yang tidak melindungi hak-hak pekerja migran, seperti Malaysia dan beberapa negara Timur Tengah.
“Harus ada strategi keluar untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara yang tidak memberikan perlindungan yang layak bagi pekerja migran kita,” kata Wahyu.
Selain itu, Migrant Care juga mendesak pemerintah Indonesia untuk memastikan perlindungan yang lebih kuat bagi pekerja migran yang masih bekerja di luar negeri. Langkah-langkah diplomatik harus dilakukan agar negara-negara yang menerima pekerja migran Indonesia lebih menghormati hak asasi dan kesejahteraan mereka.
Melihat Masa Depan Pekerja Migran Indonesia
Insiden penembakan ini merupakan panggilan untuk bertindak bagi pemerintah Indonesia dan masyarakat internasional. Kasus ini menunjukkan bahwa perlindungan bagi pekerja migran Indonesia, khususnya di Malaysia, masih sangat lemah. Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia mencari alternatif negara tujuan kerja yang lebih aman dan lebih menghargai hak-hak pekerja.
Dalam hal ini, penting bagi pemerintah Indonesia untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan negara-negara yang memiliki kebijakan ketenagakerjaan yang lebih berorientasi pada perlindungan pekerja. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, yang lebih dikenal dengan sistem perlindungan tenaga kerja yang lebih baik, bisa menjadi pilihan baru bagi pekerja migran Indonesia yang ingin bekerja dengan aman dan dihormati hak-haknya.
Kejadian penembakan terhadap lima pekerja migran Indonesia di Malaysia merupakan tragedi yang seharusnya tidak terulang lagi. Migrant Care menegaskan pentingnya untuk segera mengakhiri kekerasan terhadap pekerja migran Indonesia di luar negeri dan mendesak pemerintah Indonesia untuk memperjuangkan perlindungan yang lebih baik bagi warganya yang bekerja di luar negeri. Semoga tragedi ini menjadi titik balik untuk reformasi dalam perlindungan tenaga kerja migran Indonesia di masa depan.
Pertanyaan Umum (FAQ): Penembakan Pekerja Migran Indonesia di Malaysia
- Apa yang terjadi dengan lima pekerja migran Indonesia di Malaysia? Lima pekerja migran Indonesia ditembak mati oleh aparat bersenjata Malaysia. Mereka tidak bersenjata dan tidak melakukan perlawanan, namun tetap menjadi korban penembakan tanpa proses hukum yang jelas.
- Mengapa penembakan ini dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM)? Penembakan ini dianggap pelanggaran HAM karena terjadi tanpa melalui proses pengadilan yang sah, yang melanggar prinsip dasar hak asasi manusia dan hukum internasional. Ini disebut sebagai “extra judicial killing” atau eksekusi di luar proses peradilan.
- Apa itu “extra judicial killing”? “Extra judicial killing” adalah eksekusi yang dilakukan tanpa persetujuan atau keputusan dari pengadilan. Dalam hal ini, penembakan terhadap pekerja migran Indonesia dilakukan tanpa prosedur hukum yang sah.
- Berapa banyak pekerja migran Indonesia yang menjadi korban serupa di Malaysia? Sejak 2020, Migrant Care mencatat setidaknya 75 pekerja migran Indonesia yang tewas akibat tindakan kekerasan serupa di Malaysia, memperlihatkan masalah serius dalam perlindungan pekerja migran Indonesia di sana.
- Apa yang diminta oleh Migrant Care terkait insiden ini? Migrant Care mendesak pemerintah Indonesia untuk lebih proaktif dalam mencari negara tujuan kerja baru yang lebih aman dan ramah terhadap hak-hak pekerja migran Indonesia, mengingat banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi di Malaysia.
- Apa yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untuk melindungi pekerja migran? Pemerintah Indonesia diminta untuk memperkuat perlindungan bagi pekerja migran Indonesia di luar negeri, termasuk dengan meningkatkan kerjasama dengan negara-negara yang memiliki kebijakan perlindungan tenaga kerja yang lebih baik dan mengurangi ketergantungan pada negara yang tidak melindungi hak pekerja.
- Mengapa pekerja migran Indonesia masih memilih Malaysia sebagai tempat bekerja? Malaysia tetap menjadi salah satu tujuan utama pekerja migran Indonesia karena kedekatannya secara geografis dan banyaknya kesempatan kerja, meskipun ada risiko besar terkait perlindungan hukum dan hak asasi manusia.
- Apa yang bisa dilakukan oleh pekerja migran Indonesia untuk melindungi diri mereka? Pekerja migran harus memastikan status hukum mereka jelas, mengikuti prosedur yang benar, serta selalu memantau hak-hak mereka di negara tempat bekerja. Jika mengalami kekerasan atau pelanggaran hak, mereka dapat melapor ke kedutaan atau lembaga terkait seperti Migrant Care.
- Apa itu “exit strategy” yang disarankan oleh Migrant Care? “Exit strategy” adalah pendekatan untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara yang tidak melindungi pekerja migran Indonesia, seperti Malaysia. Ini berarti mencari alternatif negara tujuan yang lebih menghargai hak pekerja migran.
- Apa langkah konkret yang dapat diambil untuk memperbaiki perlindungan pekerja migran Indonesia? Langkah-langkah konkret termasuk memperbaiki regulasi yang melindungi pekerja migran, meningkatkan edukasi mengenai hak pekerja, serta memperkuat kerja sama internasional untuk memastikan negara-negara tujuan memiliki sistem perlindungan yang lebih baik dan transparan.
IKUTI INDONESIAUPDATES.COM
GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL