Indonesia Updates
Nusa Tenggara TimurBeritaNasional

Kisah Pilu Pasutri di Kupang, Jenazah Bayi Dibawa dengan Ojek Karena Tak Mampu Bayar Ambulans

×

Kisah Pilu Pasutri di Kupang, Jenazah Bayi Dibawa dengan Ojek Karena Tak Mampu Bayar Ambulans

Sebarkan artikel ini
Image Credit Ola Keda/Istimewa - Keluarga saat memuat jenazah bayi menggunakan sepeda motor karena tak mampu membayar biaya ambulans.
Image Credit Ola Keda/Istimewa - Keluarga saat memuat jenazah bayi menggunakan sepeda motor karena tak mampu membayar biaya ambulans.

INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Sebuah kisah pilu datang dari pasangan suami istri, Yohanis Kunua dan Ovin Marlin Kunua, warga Desa Fatunaus, Kecamatan Amfoang Utara, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pasutri ini terpaksa membawa jenazah bayi mereka dengan sepeda motor setelah gagal membayar biaya ambulans yang tinggi.

Perjuangan panjang dimulai saat Ovin, yang sedang hamil, harus dirujuk ke rumah sakit setelah kondisinya memprihatinkan. Pada Senin, 24 Februari 2025, Ovin dibawa ke RSUD Naibonat menggunakan mobil sewaan dengan biaya Rp2 juta. Perjalanan dari rumahnya yang terpencil memakan waktu enam jam, dengan kondisi jalan yang rusak parah.

“Mobil berangkat dari Naikliu sekitar pukul 11.00 Wita dan tiba pukul 17.00 Wita di RSUD Naibonat,” ujar Yohanis Kunua, suami Ovin, saat diwawancarai. Pada keesokan harinya, Ovin kembali dirujuk ke RSUD Prof Yohanes Kota Kupang, di mana ia melahirkan bayi perempuan pada Rabu malam, 26 Februari 2025. Namun, sayangnya, bayi yang dilahirkan sudah tidak bernyawa lagi. Bayi tersebut meninggal dunia di dalam kandungan.

Setelah proses kelahiran, jenazah bayi harus dibawa pulang ke kampung halaman mereka di Fatunaus. Pihak rumah sakit menyediakan ambulans untuk mengantar jenazah, tetapi keluarga diminta membayar biaya yang sangat tinggi, yaitu Rp1.600.000. Karena sudah kehabisan uang, mereka memilih untuk menyewa mobil pikap dengan biaya Rp800.000.

Namun, perjalanan tidak berjalan lancar. Karena kondisi jalan yang sangat buruk, mobil pikap hanya bisa mengantar jenazah hingga pertengahan jalan, tepatnya di sekitar observatorium. “Jenazah kami turunkan di sekitar observatorium dan mobil pikap kembali ke Kupang,” ujar Yohanis.

BACA :   Banjir Tangerang Selatan Kembali Terjadi, Ratusan Rumah Terendam

Tak ada pilihan lain, jenazah bayi mereka akhirnya dibawa menggunakan sepeda motor. Peti jenazah dibungkus dengan kantong plastik dan diikat pada sepeda motor untuk melindunginya dari hujan. Mereka melanjutkan perjalanan yang penuh perjuangan menuju rumah mereka di Fatunaus.

Kapolsek Amfoang Utara, AKP I Nyoman Sarjana, membenarkan kejadian ini. Ia mengungkapkan bahwa keluarga tersebut tidak mampu membayar biaya ambulans, sehingga memilih untuk menggunakan mobil pikap. Namun, karena jalan yang buruk, jenazah bayi tersebut akhirnya diangkut dengan sepeda motor.

Kisah ini menyentuh banyak hati dan mengingatkan kita akan tantangan besar yang dihadapi oleh keluarga-keluarga di daerah terpencil, yang harus berjuang melawan keterbatasan ekonomi dan infrastruktur demi merawat dan membawa pulang orang yang mereka cintai. Kejadian ini juga membuka mata kita tentang pentingnya akses terhadap layanan kesehatan yang lebih baik dan terjangkau untuk semua kalangan, terutama di daerah-daerah yang lebih terisolasi.


Pertanyaan Umum (FAQ): Kisah Pilu Pasutri di Kupang yang Membawa Jenazah Bayi dengan Ojek


  1. Apa yang terjadi dengan bayi pasangan Yohanis dan Ovin Kunua? Bayi yang dilahirkan oleh Ovin Kunua di RSUD Prof Yohanes Kota Kupang pada 26 Februari 2025 meninggal dunia dalam kandungan, meskipun proses kelahiran berjalan dengan baik.

  2. Kenapa keluarga memilih membawa jenazah dengan sepeda motor? Keluarga tidak mampu membayar biaya ambulans yang diminta oleh pihak rumah sakit, yaitu sebesar Rp1.600.000. Mereka juga menyewa mobil pikap, tetapi perjalanan terhenti di tengah jalan karena kondisi jalan yang rusak, sehingga jenazah terpaksa dibawa dengan sepeda motor.

  3. Berapa biaya yang diminta untuk ambulans dan mengapa keluarga tidak bisa membayarnya? Pihak rumah sakit meminta biaya sebesar Rp1.600.000 untuk ambulans. Keluarga tidak dapat membayar karena telah mengeluarkan banyak uang untuk perjalanan jauh menuju rumah sakit, serta biaya sewa mobil pikap untuk mengantar jenazah.

  4. Seberapa jauh perjalanan yang harus ditempuh keluarga untuk membawa jenazah bayi? Keluarga harus menempuh perjalanan yang cukup panjang dari Kupang menuju kampung halaman mereka di Fatunaus. Perjalanan ini terganggu oleh kondisi jalan yang buruk, memaksa mereka untuk menghentikan perjalanan dan mengangkut jenazah menggunakan sepeda motor.

  5. Bagaimana kondisi jalan yang dilalui keluarga? Jalan yang dilalui keluarga sangat buruk, rusak parah, dan tidak memungkinkan kendaraan besar seperti ambulans atau mobil pikap untuk melanjutkan perjalanan hingga ke desa mereka. Kondisi ini membuat keluarga harus mengangkut jenazah dengan sepeda motor.

  6. Apakah ada bantuan dari pihak berwenang terkait peristiwa ini? Kapolsek Amfoang Utara, AKP I Nyoman Sarjana, mengonfirmasi kejadian ini dan menjelaskan bahwa keluarga tidak sanggup membayar biaya ambulans dan memilih menyewa pikap. Ia juga membenarkan bahwa jenazah akhirnya diangkut dengan sepeda motor karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan.

  7. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini? Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya akses layanan kesehatan yang lebih terjangkau dan berkualitas, serta pentingnya perhatian terhadap infrastruktur di daerah terpencil. Banyak keluarga di daerah-daerah seperti ini menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan layanan kesehatan yang memadai.

BACA :   Sardi Efendi Optimistis Kota Bekasi Terus Berkembang Menjadi Kota Modern dan Toleran

IKUTI INDONESIAUPDATES.COM

GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL