INDONESIAUPDATES.COM, INTERNASIONAL – Direktur FBI Kash Patel secara resmi mengklasifikasikan serangkaian serangan terhadap Tesla sebagai aksi terorisme domestik. Pernyataan tegas ini disampaikan setelah beberapa insiden yang menargetkan perusahaan mobil listrik milik Elon Musk meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
“FBI telah menyelidiki meningkatnya kekerasan terhadap Tesla. Dalam beberapa hari terakhir, kami telah mengambil langkah tambahan untuk mengidentifikasi pelaku dan mengoordinasikan respons kami. Ini adalah tindakan terorisme domestik. Kami akan mengejar, menangkap, dan mengadili siapa pun yang bertanggung jawab atas gelombang kekerasan ini,” ujar Patel dalam konferensi pers pada Senin (24/3/2025) waktu setempat.
Serangan dengan Bom Molotov
Beberapa jam sebelum pernyataan Patel, kepolisian Austin, Texas, menemukan beberapa alat pembakar yang diduga bom molotov di salah satu dealer Tesla. Tim penjinak bom segera dikerahkan untuk mencegah ledakan. Insiden ini diyakini menjadi bagian dari rangkaian teror terhadap Tesla yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir.
Departemen Kehakiman AS menjelaskan bahwa alat pembakar tersebut dirancang untuk menimbulkan kebakaran, luka bakar, atau cedera serius. Hingga kini, penyelidikan masih berlangsung, namun belum ada tersangka yang diidentifikasi secara resmi.
Satuan Tugas Khusus Dikerahkan
Sebagai langkah respons, FBI telah membentuk satuan tugas khusus yang bekerja sama dengan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak (ATF). Tim ini bertugas menginvestigasi setiap serangan yang menargetkan Tesla, baik berupa vandalisme, perusakan kendaraan, hingga ancaman terhadap infrastruktur perusahaan.
“Kami telah mengirim agen ke berbagai wilayah untuk mendukung penyelidikan ini. Langkah ini baru awal dari serangkaian tindakan yang akan diambil ke depan,” kata Ben Williamson, Asisten Direktur FBI untuk Urusan Publik.
Sumber yang dikutip oleh New York Post menyebutkan bahwa satuan tugas ini terdiri dari 10 anggota yang mencakup penyelidik dari Divisi Kontraterorisme FBI dan ATF, serta unit khusus senjata pemusnah massal.
Motif Serangan Diduga Bermuatan Politik
Peningkatan serangan terhadap Tesla terjadi setelah CEO perusahaan tersebut, Elon Musk, ditunjuk oleh Presiden Donald Trump sebagai Kepala Kantor Efisiensi Pemerintah (DOGE). Hal ini memicu spekulasi bahwa aksi-aksi vandalisme ini memiliki latar belakang politik.
Pada 21 Maret 2025, FBI telah mengeluarkan peringatan terkait maraknya aksi perusakan terhadap kendaraan Tesla, infrastruktur perusahaan, serta stasiun pengisian daya di berbagai wilayah AS. Sejauh ini, serangan telah dilaporkan terjadi di setidaknya sembilan negara bagian dalam tiga bulan terakhir.
Penangkapan Pelaku dan Ancaman Hukuman Berat
Departemen Kehakiman AS telah menangkap dan mendakwa tiga tersangka di South Carolina, Colorado, dan Oregon atas dugaan keterlibatan dalam serangan ini. Jaksa Agung Pam Bondi menegaskan bahwa pelaku dapat menghadapi hukuman penjara hingga 20 tahun sesuai dengan Undang-Undang Terorisme Domestik.
Sementara itu, Presiden Donald Trump bahkan mengisyaratkan kemungkinan mendeportasi pelaku serangan ke Tesla ke penjara super maksimum CECOT di El Salvador.
“Kami tidak akan mentoleransi aksi terorisme domestik yang mengancam industri dan keamanan nasional kita. Hukuman berat menanti mereka yang terbukti bersalah,” ujar Trump dalam pernyataan resmi.
Dengan meningkatnya langkah-langkah pengamanan dan investigasi yang lebih intensif, diharapkan gelombang serangan terhadap Tesla dapat segera dihentikan dan para pelaku diadili sesuai hukum yang berlaku.
Pertanyaan Umum (FAQ): Serangan Terhadap Tesla dan Investigasi FBI
1. Apa yang terjadi dengan Tesla baru-baru ini?
Beberapa dealer dan kendaraan Tesla menjadi target serangan di berbagai wilayah di Amerika Serikat. Insiden terbaru melibatkan alat pembakar yang ditemukan di sebuah dealer Tesla di Austin, Texas.
2. Mengapa serangan ini dikategorikan sebagai terorisme domestik?
Direktur FBI Kash Patel menyatakan bahwa serangan ini merupakan ancaman serius terhadap keamanan publik dan industri otomotif. Serangan yang dilakukan secara terorganisir dan menargetkan satu entitas secara berulang dianggap sebagai tindakan terorisme domestik.
3. Bagaimana FBI menanggapi insiden ini?
FBI telah membentuk satuan tugas khusus yang bekerja sama dengan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak (ATF) untuk menyelidiki serangan tersebut.
4. Apakah ada tersangka yang telah ditangkap?
Ya, Departemen Kehakiman AS telah menangkap dan mendakwa tiga orang di South Carolina, Colorado, dan Oregon atas dugaan keterlibatan dalam serangan terhadap Tesla.
5. Apakah ada kemungkinan lebih banyak pelaku yang terlibat?
FBI masih melakukan investigasi lebih lanjut, dan kemungkinan ada lebih banyak pelaku yang akan diidentifikasi dan ditangkap.
6. Apa motif di balik serangan ini?
Meskipun belum ada pernyataan resmi terkait motif utama, beberapa laporan menyebut bahwa serangan meningkat setelah Elon Musk ditunjuk oleh Presiden Donald Trump untuk memimpin Kantor Efisiensi Pemerintah (DOGE).
7. Apakah Tesla mengeluarkan pernyataan resmi?
Hingga saat ini, Tesla belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai serangan tersebut, namun pihak keamanan perusahaan bekerja sama dengan otoritas federal dalam penyelidikan.
8. Apakah serangan ini hanya terjadi di Texas?
Tidak. Serangan terhadap Tesla telah dilaporkan di setidaknya sembilan negara bagian AS dalam tiga bulan terakhir, termasuk aksi vandalisme dan sabotase terhadap kendaraan listrik serta stasiun pengisian daya Tesla.
9. Apa langkah selanjutnya dalam penyelidikan ini?
FBI dan ATF akan terus melakukan investigasi serta memperketat keamanan di area yang berisiko tinggi. Presiden Donald Trump bahkan mengusulkan hukuman lebih berat bagi para pelaku, termasuk kemungkinan deportasi ke penjara super maksimum di El Salvador.
10. Bagaimana masyarakat dapat membantu penyelidikan?
Masyarakat diimbau untuk melaporkan segala aktivitas mencurigakan yang berkaitan dengan serangan terhadap Tesla kepada pihak berwenang setempat atau langsung ke FBI melalui saluran darurat mereka.
IKUTI INDONESIAUPDATES.COM
GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL