INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Kasus penganiayaan terhadap seorang perempuan berinisial AML (22) di Sidoarum, Godean, Sleman, yang viral di media sosial, kembali menyita perhatian publik. Pelaku utama berinisial TTW (25), yang dikenal netizen sebagai “Mas Pelayaran”, ternyata bukan lulusan sekolah pelayaran, seperti banyak dikira sebelumnya.
Hal ini disampaikan langsung oleh Kasatreskrim Polresta Sleman, AKP Wahyu Agha Ari Septian, dalam konferensi pers, Senin (7/7/2025).
“Yang bersangkutan bukan alumni sekolah pelayaran. TTW adalah lulusan S-1 Akuntansi dan bekerja sebagai staf admin di Pelabuhan Fatufia, Morowali, Sulawesi Tengah,” ujar Wahyu.
Kronologi: Emosi karena Pesanan Telat, Lalu Melakukan Penganiayaan
Peristiwa terjadi pada Kamis malam, 3 Juli 2025, sekitar pukul 21.30 WIB. Penganiayaan dipicu oleh keterlambatan pengantaran pesanan Shopee Food oleh driver ojol berinisial ADP — yang saat itu ditemani pacarnya, AML.
“Pesanan telat sekitar lima menit karena adanya kirab budaya yang menyebabkan kemacetan, ditambah sistem driver yang mengalami double order,” terang Wahyu.
Alih-alih menerima penjelasan, TTW justru marah dan menyerang korban. Tak hanya itu, dua pria lain yakni THW (32) yang merupakan kakak TTW, dan RTW (58) ayah mereka, ikut melakukan aksi kekerasan terhadap AML.
Korban Alami Luka Fisik, CCTV Jadi Barang Bukti
Korban mengalami luka lecet dan nyeri pada tangan, wajah, dan kepala. Aksi kekerasan itu juga terekam oleh kamera CCTV di lokasi kejadian, yang kini menjadi barang bukti utama dalam penyidikan.
Ketiganya ditangkap oleh kepolisian dan telah ditahan sejak Minggu, 6 Juli 2025. Mereka dijerat dengan Pasal 170 dan/atau Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan secara bersama-sama, dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara.
Viral di Media Sosial: Netizen Geram dengan Aksi “Mas Pelayaran”
Identitas TTW sempat ramai diperbincangkan karena mengaku sebagai alumni sekolah pelayaran. Namun fakta yang terungkap justru membantah klaim tersebut. Warganet merasa tertipu oleh citra “Mas Pelayaran” di media sosial, dan mengecam keras tindakan kekerasan yang dilakukan hanya karena keterlambatan makanan.