...
Indonesia Updates
CirebonBeritaJawa BaratNasional

Efek Kebijakan Trump, Pengusaha Mebel Cirebon Masih Wait and See!

×

Efek Kebijakan Trump, Pengusaha Mebel Cirebon Masih Wait and See!

Sebarkan artikel ini
Warga Cirebon siapkan kursi rotan raksasa untuk membangunkan Raja Rotan yang menjadi salah satu produk ekspor ke Amerika Serikat. (IST)
Warga Cirebon siapkan kursi rotan raksasa untuk membangunkan Raja Rotan yang menjadi salah satu produk ekspor ke Amerika Serikat. (IST)

INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Pemberlakuan kebijakan tarif resiprokal oleh Presiden AS, Donald Trump, terhadap Indonesia baru-baru ini telah mengguncang industri mebel dan kerajinan di Tanah Air. Meskipun kebijakan ini ditunda selama 90 hari, dampaknya sudah mulai terasa dan menimbulkan kecemasan di kalangan pengusaha, khususnya di Cirebon yang memiliki kontribusi signifikan terhadap pasar ekspor. Pengusaha mebel pun mengaku “wait and see”, menunggu kejelasan lebih lanjut soal tarif yang akan diberlakukan.

Mengapa Kebijakan Tarif Resiprokal AS Menjadi Ancaman Bagi Pengusaha Mebel?

Menurut Eddy Sugiarto, Ketua HIMKI Cirebon Raya, kebijakan tarif resiprokal ini merupakan pukulan telak bagi industri mebel dan kerajinan Indonesia. “Dari data HIMKI Indonesia tercatat 53 persen pasar mebel kita mengarah ke Amerika dan 32 persen berasal dari Cirebon,” ungkap Eddy. Artinya, kebijakan ini langsung berdampak pada lebih dari setengah pasar ekspor mebel Indonesia.

Para pengusaha, terutama di Cirebon, kini kebingungan karena banyak buyer di Amerika yang mulai menahan pembelian. Bahkan, buyer tersebut meminta agar pengusaha Indonesia terus memantau perkembangan negosiasi pemerintah Indonesia terkait tarif yang diterapkan oleh AS.

Tak Hanya Indonesia, Amerika Sendiri Juga Ditentang Kebijakan Trump!

Menariknya, kebijakan tarif ini juga mendapat penolakan dari banyak pihak di Amerika Serikat. Buyer dari AS yang sering membeli produk mebel dan kerajinan Indonesia merasa tertekan dengan keputusan tersebut. Sebagian besar buyer memilih untuk menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai tarif yang akan diberlakukan. “Buyer pun wait and see, sementara kita sebagai pengusaha sudah tidak bisa berani mengambil keputusan, apakah harus kirim barang atau menambah order,” jelas Eddy.

Vietnam: Saingan Baru yang Membuat Industri Mebel Indonesia Terpuruk

Bukan hanya kebijakan tarif resiprokal yang menjadi masalah, namun persaingan yang semakin ketat dengan negara-negara seperti China dan Vietnam juga sudah terasa jauh sebelumnya. Vietnam kini menjadi pesaing utama Indonesia di pasar global karena negara tersebut mampu melakukan efisiensi yang lebih baik. “Dulu 70 persen buyer membeli produk dari Indonesia, tetapi sekarang hanya sekitar 10 persen saja,” ungkap Eddy, menunjukkan betapa besarnya perubahan yang terjadi.

Hal ini membuat pengusaha mebel dan kerajinan Indonesia semakin terpojok dan sulit untuk bersaing di pasar internasional. Selain itu, Vietnam dapat memproduksi barang dengan harga lebih murah, yang membuat produk Indonesia kalah saing.

Solusi Efisiensi yang Ditekankan HIMKI

Menyikapi hal ini, HIMKI mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret, yaitu melakukan efisiensi di dalam negeri, terutama dalam hal impor bahan baku dan biaya perizinan yang selama ini sangat memberatkan pengusaha. Eddy menjelaskan bahwa bahan baku untuk produk mebel, seperti kain, mekanik, hingga kelistrikan, harus lebih mudah diimpor dan lebih murah untuk mengurangi biaya produksi yang tinggi.

“Biaya perizinan dan sertifikasi yang mahal membuat kami kesulitan. Proses ini harus lebih sederhana dan lebih efisien jika Indonesia ingin tetap bersaing di pasar internasional,” kata Eddy.

Apa Akibat Jika Kondisi Ini Berlanjut?

Eddy menegaskan bahwa jika kebijakan tarif resiprokal AS ini berlanjut, kemungkinan akan ada dampak negatif besar bagi industri mebel Indonesia. Efeknya tidak hanya terbatas pada penurunan ekspor, tetapi juga bisa mengarah pada pemutusan hubungan kerja atau PHK massal di sektor ini.

Namun, HIMKI masih berfokus pada upaya efisiensi di sektor lain terlebih dahulu, dan berharap pemerintah dapat membantu dalam proses pengurusan sertifikasi produk dan penurunan biaya-biaya yang memberatkan pengusaha.

Jangan Biarkan Kebijakan Tarif Resiprokal Menghancurkan Industri Mebel Indonesia!

Dengan situasi yang sangat tidak pasti ini, HIMKI mengajak pemerintah Indonesia untuk segera mengambil langkah yang tepat agar industri mebel dan kerajinan Indonesia bisa bertahan dan tetap bersaing di pasar global. Jika tidak, ancaman resesi industri ini hanya akan semakin nyata.


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan):


  1. Apa itu kebijakan tarif resiprokal AS yang diberlakukan terhadap Indonesia? Kebijakan tarif resiprokal adalah kebijakan yang memberlakukan tarif pajak lebih tinggi terhadap produk yang diimpor dari negara tertentu, dalam hal ini Indonesia, sebagai balasan atas kebijakan serupa dari negara tersebut.

  2. Bagaimana kebijakan ini berdampak pada industri mebel Indonesia? Kebijakan tarif ini langsung berdampak pada pasar ekspor Indonesia, khususnya pasar AS, yang mengarah pada pengurangan pesanan dan peningkatan biaya ekspor produk mebel.

  3. Apa yang harus dilakukan Indonesia untuk mengatasi dampak kebijakan ini? HIMKI mendesak pemerintah untuk melakukan efisiensi, terutama dalam hal impor bahan baku dan biaya perizinan yang memberatkan pengusaha, agar produk Indonesia tetap kompetitif di pasar global.

  4. Apa solusi yang diusulkan oleh HIMKI untuk mengatasi persaingan dengan Vietnam? HIMKI menyarankan agar pemerintah melakukan efisiensi untuk menurunkan biaya produksi dan memperbaiki sektor perizinan agar produk mebel Indonesia dapat bersaing dengan harga yang lebih terjangkau di pasar internasional.

  5. Apakah kebijakan tarif resiprokal AS berpotensi menyebabkan PHK massal? Jika kebijakan ini terus berlanjut, ada kemungkinan pengurangan tenaga kerja di sektor ini, meskipun HIMKI lebih fokus pada efisiensi di sektor lain untuk menghindari PHK massal.


IKUTI INDONESIAUPDATES.COM

GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL