Indonesia Updates
JakartaBeritaNasional

BRIN Luncurkan Balon Radiosonde untuk Pemantauan Cuaca dan Iklim di Kototabang

×

BRIN Luncurkan Balon Radiosonde untuk Pemantauan Cuaca dan Iklim di Kototabang

Sebarkan artikel ini
Image Credit Freepik.
Image Credit Freepik.
XIBIO

INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Balon radiosonde kini menjadi komponen penting dalam sistem pemantauan cuaca dan iklim di Indonesia. Teknologi ini memungkinkan pengumpulan data cuaca yang akurat dan real-time, memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam berbagai sektor, seperti prediksi cuaca, penelitian ilmiah, serta keselamatan penerbangan.

Dalam sebuah kegiatan yang digelar oleh Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, balon radiosonde diluncurkan untuk mengukur berbagai parameter atmosfer, termasuk suhu, kelembaban, tekanan udara, dan arah angin. Balon ini memiliki peran krusial dalam memprediksi cuaca, memahami perubahan iklim, serta mendukung pengembangan teknologi dan keselamatan penerbangan.

Penelitian di Kototabang

Stasiun Bumi Agam Kototabang, yang sudah menjadi lokasi pengamatan cuaca selama beberapa dekade, kembali berperan sebagai pusat penting untuk penelitian cuaca dan iklim. Periset Ahli Madya, Noersomadi, menjelaskan bahwa kegiatan peluncuran balon ini bertujuan untuk mengukur turbulensi di lapisan tropoposfir, dengan mengumpulkan data pada ketinggian 16-19 KM.

“Kami menggunakan peralatan canggih seperti antena penerima gelombang sinyal dan sensor radiosonde yang diikat ke balon gas hidrogen. Data yang terhubung ke komputer ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi atmosfer di lapisan tropoposfir,” ungkap Noersomadi.

Selain itu, penelitian ini juga mengandalkan Radar Equatorial (EAR) untuk mempelajari profil angin dan turbulensi di ketinggian, dengan pengamatan balon yang memberikan data lebih detail setiap 5 meter/detik, menghasilkan informasi yang lebih akurat.

Kolaborasi Internasional

Peneliti dari University of Colorado, Abhiram Doddi, turut berpartisipasi dalam penelitian ini untuk mempelajari turbulensi di lapisan tropopause di daerah tropis. Dengan menggunakan balon cuaca Vaisala dan menggabungkan data radar atmosfer, tim berharap dapat memperdalam pemahaman tentang sumber turbulensi yang terjadi di sekitar garis lintang khatulistiwa.

BACA :   Jembatan Perbatasan Bekasi-Karawang Dipenuhi Sampah Medis, Warga Resah

“Kami berharap dapat memperluas pengetahuan tentang turbulensi di tropopause dan memberikan kontribusi signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan,” kata Abhiram, yang bersama timnya akan meluncurkan 10 balon cuaca dan melakukan pengamatan selama 10-12 hari di Kototabang.

Namun, penelitian ini tidak tanpa tantangan. Abhiram dan timnya menghadapi kemungkinan pecahnya balon lebih awal dari perkiraan, serta cuaca yang tidak selalu dapat diprediksi, terutama di daerah tropis yang lebih dingin. Meski demikian, mereka sangat menghargai dukungan fasilitas dan staf lokal yang sangat kooperatif.

Dengan diluncurkannya balon radiosonde dan kolaborasi internasional ini, diharapkan penelitian cuaca dan iklim di Indonesia dapat memberikan kontribusi lebih besar untuk pemahaman fenomena atmosfer global, serta mendukung perencanaan kebijakan terkait perubahan iklim, pertanian, dan keselamatan masyarakat.


Pertanyaan Umum (FAQ) :BRIN Luncurkan Balon Radiosonde untuk Pemantauan Cuaca dan Iklim


1. Apa itu balon radiosonde dan fungsinya?
Balon radiosonde adalah alat yang digunakan untuk mengukur parameter atmosfer seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, dan kecepatan angin di berbagai ketinggian. Alat ini mendukung pemantauan cuaca dan iklim dengan memberikan data real-time yang penting untuk prediksi cuaca dan penelitian ilmiah.

2. Di mana lokasi peluncuran balon radiosonde oleh BRIN?
Peluncuran balon radiosonde dilakukan di Stasiun Bumi Agam Kototabang, Sumatera Barat, yang sudah lama dikenal sebagai lokasi strategis untuk pengamatan cuaca dan iklim di Indonesia.

3. Apa tujuan penelitian menggunakan balon radiosonde di Kototabang?
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur turbulensi di lapisan tropoposfir dan mengumpulkan data suhu, tekanan udara, kelembaban udara, serta kecepatan angin di ketinggian tropopause sekitar 16-19 KM.

BACA :   Wedangan Santai Jokowi dan Prabowo di Solo: Momen Keakraban Dua Pemimpin Bangsa

4. Apa keistimewaan Kototabang sebagai lokasi penelitian?
Kototabang memiliki Radar Equatorial (EAR) yang memungkinkan pengukuran profil angin dan turbulensi di ketinggian setiap 150 meter, serta pengamatan balon yang memberikan data lebih detail setiap 5 meter/detik, menjadikannya lokasi yang sangat strategis untuk studi atmosfer di daerah tropis.

5. Siapa saja yang terlibat dalam penelitian ini?
Selain periset dari BRIN, penelitian ini juga melibatkan tim peneliti dari University of Colorado, termasuk Abhiram Doddi, yang bertujuan untuk mempelajari turbulensi di lapisan tropopause di daerah tropis.

6. Apa tantangan yang dihadapi selama penelitian ini?
Tim peneliti menghadapi tantangan seperti perubahan perilaku balon yang lebih cepat pecah di daerah tropis, suhu yang lebih dingin, dan cuaca yang kurang dapat diprediksi. Namun, mereka mengapresiasi dukungan fasilitas dan staf yang sangat kooperatif.

7. Apa manfaat dari penelitian ini untuk Indonesia?
Penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman tentang perubahan iklim dan fenomena atmosfer yang terjadi di Indonesia, serta memberikan data yang penting untuk pengembangan pertanian, perencanaan sumber daya alam, keselamatan penerbangan, dan navigasi.

8. Berapa lama penelitian ini berlangsung?
Penelitian ini berlangsung selama 10-12 hari, dengan 10 balon cuaca yang akan diluncurkan untuk mengumpulkan data atmosfer secara mendalam.

9. Apa yang diharapkan dari hasil penelitian ini?
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang turbulensi di lapisan tropopause, memberikan wawasan baru tentang atmosfer tropis, dan memberikan kontribusi penting pada kemajuan ilmu pengetahuan, terutama dalam memahami cuaca dan iklim di sekitar garis lintang khatulistiwa.


IKUTI INDONESIAUPDATES.COM

GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL