Indonesia Updates
JakartaBeritaNasional

Mahkamah Agung Adopsi AI: Smart Majelis untuk Transparansi dan Mencegah Korupsi di Peradilan

×

Mahkamah Agung Adopsi AI: Smart Majelis untuk Transparansi dan Mencegah Korupsi di Peradilan

Sebarkan artikel ini
Image Credit Susanti/M_ - Gedung Mahkamah Agung, Jakarta.
Image Credit Susanti/M_ - Gedung Mahkamah Agung, Jakarta.
bungkus

INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Mahkamah Agung (MA) Indonesia baru saja meluncurkan inovasi terbaru dalam sistem peradilan dengan mengadopsi kecerdasan buatan (AI) melalui platform Smart Majelis. Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dalam proses penunjukan majelis hakim, serta menghindari praktik-praktik yang merugikan seperti korupsi di pengadilan. Setelah diterapkan di tingkat MA, sistem ini kini akan diperluas ke pengadilan tingkat pertama dan banding di seluruh Indonesia.

1. AI untuk Transparansi Penunjukan Hakim

Salah satu tujuan utama penerapan Smart Majelis adalah untuk mengurangi subjektivitas dalam penunjukan hakim. Sebelumnya, penunjukan hakim agung masih mengandalkan keputusan Ketua MA yang dapat memunculkan berbagai polemik, seperti yang terjadi pada kasus vonis bebas Gregorius Ronald Tannur. Dengan sistem berbasis mesin ini, penunjukan hakim dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kemampuan profesional, beban kerja, dan bobot perkara yang sedang ditangani. Hal ini diyakini dapat menciptakan proses peradilan yang lebih akuntabel dan transparan.

Juru Bicara MA, Yanto, menegaskan bahwa keputusan penunjukan hakim tidak lagi bergantung pada keputusan subjektif Ketua MA, melainkan pada sistem yang sudah terbukti efektif. “Sekarang kita pakai mesin untuk menunjuk, bukan Ketua lagi,” ungkap Yanto dalam konferensi pers pada 15 Januari 2025.

2. Implementasi di Tingkat Pertama dan Banding

Meskipun saat ini Smart Majelis baru diterapkan di tingkat Mahkamah Agung, rencana MA untuk mengembangkan sistem ini di pengadilan tingkat pertama dan banding menunjukkan komitmen mereka untuk menjadikan sistem peradilan Indonesia lebih transparan di semua level. Dengan harapan sistem ini bisa diterapkan di berbagai daerah, MA berusaha memastikan bahwa prinsip keadilan dapat ditegakkan secara merata, tanpa terpengaruh oleh intervensi eksternal yang merugikan.

“Ke depan, kita akan memperluas implementasi Smart Majelis ke seluruh pengadilan di Indonesia,” kata Yanto, menambahkan bahwa hal ini bertujuan untuk menjangkau akar rumput dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem peradilan.

3. Tanggapan MA atas Kasus Vonis Bebas Ronald Tannur

Implementasi sistem AI dalam Smart Majelis juga menjadi langkah MA untuk mencegah kasus serupa yang melibatkan dugaan suap dalam penunjukan hakim, seperti yang terjadi dalam kasus vonis bebas Gregorius Ronald Tannur. Dalam kasus ini, mantan Ketua Pengadilan Negeri Surabaya, Rudi Suparmono, diduga mengatur susunan majelis hakim demi memengaruhi hasil persidangan.

BACA :   Proyek Tol Yogyakarta-Bawen Telan Korban Jiwa, Pencari Barang Bekas Tewas Tertimpa Tembok Rumah Terdampak

Rudi Suparmono, yang kini ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung, diduga menerima suap sebesar Rp21 miliar dari pengacara Ronald Tannur. Tiga hakim lainnya yang diduga terlibat juga telah ditahan. MA berharap dengan sistem Smart Majelis berbasis AI ini, kasus-kasus seperti ini dapat diminimalisir dan pengadilan dapat berjalan lebih transparan dan akuntabel.

Langkah Positif Menuju Peradilan yang Lebih Bersih

Dengan adopsi AI di seluruh tingkatan pengadilan, Mahkamah Agung berharap dapat mengatasi masalah-masalah klasik dalam sistem peradilan Indonesia. Langkah ini tidak hanya mengedepankan transparansi, tetapi juga membangun kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan yang diharapkan dapat menjalankan fungsi keadilan dengan lebih adil dan tanpa intervensi yang tidak sah.

Kini, MA memberikan contoh positif bagi sistem peradilan lainnya di dunia dalam memanfaatkan teknologi untuk menciptakan sistem peradilan yang bersih dan efisien.


Pertanyaan Umum (FAQ) : Penggunaan AI dalam Sistem Smart Majelis oleh Mahkamah Agung


Apa itu Smart Majelis?
Smart Majelis adalah platform berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan oleh Mahkamah Agung (MA) untuk menunjuk majelis hakim secara transparan, akuntabel, dan mengurangi intervensi subjektif dalam proses penentuan hakim untuk setiap perkara.

Bagaimana cara kerja Smart Majelis?
Sistem ini bekerja dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti kemampuan profesional hakim, bobot perkara, dan beban kerja hakim. Berdasarkan data tersebut, AI menunjuk majelis hakim yang paling sesuai untuk menangani suatu kasus.

Apa tujuan utama dari penerapan Smart Majelis?
Tujuannya adalah untuk meningkatkan transparansi dalam proses penunjukan hakim, mencegah praktik korupsi atau intervensi dalam proses peradilan, dan membangun kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan.

BACA :   Maria Lestari Bantah Dugaan Komunikasi dengan Hasto Kristiyanto dalam Kasus PAW DPR

Apakah Smart Majelis sudah diterapkan di seluruh pengadilan?
Saat ini, Smart Majelis baru diterapkan di tingkat Mahkamah Agung. Namun, MA berencana memperluas implementasinya ke pengadilan tingkat pertama dan banding di seluruh Indonesia.

Apa manfaat penerapan AI dalam sistem peradilan?
Manfaatnya meliputi proses penunjukan hakim yang lebih obyektif, mengurangi risiko manipulasi atau suap, serta meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam distribusi perkara.

Bagaimana Smart Majelis membantu mencegah korupsi?
Dengan sistem berbasis AI, penunjukan hakim tidak lagi dipengaruhi oleh keputusan subjektif individu. Hal ini mengurangi potensi manipulasi atau intervensi, sehingga risiko korupsi dalam proses peradilan dapat diminimalisir.

Mengapa sistem ini penting untuk kasus seperti vonis bebas Ronald Tannur?
Dalam kasus vonis bebas Ronald Tannur, dugaan manipulasi susunan majelis hakim menjadi perhatian utama. Smart Majelis dirancang untuk mencegah kejadian serupa dengan menunjuk hakim berdasarkan data obyektif, bukan pengaruh eksternal.

Apa tantangan yang dihadapi dalam implementasi Smart Majelis?
Tantangan utamanya meliputi integrasi teknologi di seluruh pengadilan daerah, pelatihan sumber daya manusia untuk menggunakan sistem ini, dan memastikan data yang digunakan sistem tetap aman dan bebas dari manipulasi.

Apakah ada potensi kekurangan dalam penggunaan AI di peradilan?
Meskipun AI membantu transparansi, ada potensi kelemahan seperti ketergantungan pada data yang valid. Jika data yang dimasukkan salah atau tidak akurat, hasil keputusan AI bisa saja tidak sesuai.

Bagaimana masyarakat dapat memantau transparansi Smart Majelis?
Masyarakat dapat memantau laporan dan hasil yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung terkait penggunaan Smart Majelis. Informasi ini akan membantu memastikan bahwa sistem berjalan sesuai tujuannya untuk menciptakan peradilan yang adil dan bersih.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi Mahkamah Agung atau cek informasi resmi di situs web MA.


IKUTI INDONESIAUPDATES.COM DI GOOGLE NEWS


 

XBIO
XBIO
bungkus