INDONESIAUPDATES.COM, INTERNASIONAL – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memasuki babak baru yang semakin intensif, terutama dengan langkah terbaru Beijing yang menghentikan pengiriman pesawat dari Boeing. Keputusan ini dipicu oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump, yang kini memberikan dampak besar pada ekonomi global, termasuk industri penerbangan.
Tarif Trump Meningkatkan Ketegangan Ekonomi Global
Sejak Trump menjabat pada Januari, AS dan China telah terlibat dalam perang tarif terbuka. Pemerintah AS kini mengenakan tarif bea impor hingga 145 persen pada sejumlah produk asal China. Langkah ini menambah ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia, dan Beijing segera memberikan respons dengan mengenakan tarif balasan sebesar 125 persen pada barang-barang impor dari AS.
Salah satu dampak yang semakin terasa adalah langkah Beijing yang memerintahkan maskapai penerbangan China untuk menghentikan pengiriman pesawat dari Boeing, raksasa penerbangan AS. Keputusan ini juga meliputi penangguhan pembelian peralatan dan suku cadang yang terkait dengan pesawat Boeing. Laporan ini diperoleh dari sumber yang mengetahui masalah tersebut dan dilaporkan oleh Bloomberg News.
Boeing Merugi: Dampak Perang Dagang Terhadap Perusahaan Penerbangan AS
Kebijakan tarif ini membawa dampak serius bagi Boeing, yang telah merugi hampir satu miliar dolar AS atau sekitar Rp16,21 triliun per bulan pada 2024. Kerugian yang dialami Boeing pada tahun 2024 mencapai USD11,8 miliar (sekitar Rp191,16 triliun), yang menjadi hasil terburuk perusahaan sejak krisis industri penerbangan akibat pandemi Covid-19.
Perusahaan penerbangan terbesar di AS ini berjuang dengan masalah kontrol kualitas, keselamatan, dan aksi mogok pekerja yang memperburuk situasi. Dalam tiga bulan terakhir, Boeing mengalami kerugian besar, terutama akibat pemogokan yang menghentikan produksi pesawat-pesawat utama seperti 737 Max dan 777.
“Perusahaan fokus pada perubahan mendasar yang diperlukan untuk memulihkan keberuntungan dan kepercayaan publik,” kata CEO Boeing, Kelly Ortberg, yang baru diangkat pada Agustus 2024.
Pengaruh Langkah Beijing Terhadap Industri Penerbangan Global
Keputusan China untuk menghentikan pengiriman pesawat Boeing memiliki dampak jangka panjang yang signifikan bagi pasar global. Tarif balasan Beijing diperkirakan akan meningkatkan biaya pengadaan pesawat dan komponen untuk maskapai penerbangan di seluruh dunia. Beberapa maskapai China yang menyewa pesawat Boeing kemungkinan akan menghadapi biaya yang lebih tinggi dalam operasionalnya.
Boeing yang sudah tertekan dengan berbagai insiden keselamatan dan masalah kualitas, seperti insiden yang melibatkan pesawat 737 Max pada 2018 dan 2019, kini semakin sulit untuk mempertahankan citra positifnya di pasar global. Insiden-insiden tersebut menambah kekhawatiran akan kontrol kualitas yang serius, dan saat ini Boeing sedang menghadapi tantangan besar untuk memperbaiki reputasinya.
Mogok Kerja Boeing dan Dampaknya
Salah satu tantangan besar lainnya yang dihadapi oleh Boeing adalah mogok kerja yang dilakukan oleh 33.000 pekerjanya pada 2024. Pemogokan ini mengakibatkan penghentian produksi pesawat-pesawat penting, seperti 737 Max, 777, dan 767. Akibatnya, Boeing mengalami kerugian besar yang memperburuk kondisi keuangan perusahaan.
Setelah menyelesaikan perselisihan dengan pekerjanya pada November 2024, Boeing merencanakan untuk memberhentikan 10 persen dari tenaga kerjanya dan mengumpulkan lebih dari USD20 miliar untuk menjaga peringkat kredit perusahaan.
Boeing vs Airbus: Kompetisi yang Kian Ketat
Dalam persaingan dengan Airbus, Boeing kalah telak dalam hal pengiriman pesawat. Pada 2024, Boeing hanya mampu mengirimkan 348 pesawat, sementara Airbus berhasil mengirimkan 766 unit. Perbedaan besar ini semakin memperburuk posisi Boeing di pasar penerbangan global, apalagi dengan tantangan yang ditimbulkan oleh perang dagang dan tarif yang diterapkan oleh kedua negara.
Perang dagang antara AS dan China yang dipicu oleh kebijakan tarif Trump terus mengganggu pasar global, dengan dampak besar pada perusahaan-perusahaan besar seperti Boeing. Keputusan China untuk menghentikan pengiriman pesawat Boeing dan mengenakan tarif balasan telah memperburuk kondisi finansial perusahaan tersebut. Kerugian besar yang dialami Boeing, ditambah dengan berbagai insiden keselamatan, menunjukkan betapa rapuhnya posisi perusahaan di tengah ketegangan perdagangan global.
Boeing dan maskapai penerbangan di seluruh dunia kini harus menghadapi tantangan baru yang tidak hanya berasal dari masalah internal perusahaan, tetapi juga dari dampak jangka panjang perang dagang yang berlangsung antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Sementara itu, industri penerbangan global harus mencari cara untuk bertahan di tengah ketidakpastian yang disebabkan oleh tarif dan kebijakan perdagangan yang berubah-ubah.
Pertanyaan Umum (FAQ): Dampak Perang Dagang AS-China terhadap Boeing dan Industri Penerbangan
1. Apa yang menyebabkan China menghentikan pengiriman pesawat Boeing?
China menghentikan pengiriman pesawat Boeing sebagai respons terhadap kebijakan tarif tinggi dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump, yang menerapkan bea impor hingga 145% terhadap produk China. Sebagai balasan, China juga mengenakan tarif 125% terhadap barang-barang asal AS.
2. Bagaimana dampak keputusan China terhadap Boeing?
Keputusan China secara signifikan memperburuk kondisi Boeing, karena pasar China merupakan salah satu pelanggan utama perusahaan tersebut. Selain menghentikan pengiriman, China juga menangguhkan pembelian suku cadang dan peralatan dari Boeing, yang berdampak pada pendapatan dan rantai pasok perusahaan.
3. Seberapa besar kerugian yang dialami Boeing akibat situasi ini?
Pada tahun 2024, Boeing mencatatkan kerugian sekitar USD11,8 miliar atau setara Rp191,16 triliun. Ini merupakan kerugian tahunan terbesar perusahaan sejak krisis pandemi 2020, diperparah oleh pemogokan pekerja dan masalah keselamatan produk.
4. Apa saja masalah keselamatan yang dialami Boeing?
Beberapa insiden serius menimpa pesawat Boeing, termasuk jatuhnya panel pintu pesawat 737 Max yang dioperasikan Alaska Airlines. Penyelidikan menunjukkan adanya cacat pemasangan. Masalah ini menyoroti lemahnya kontrol kualitas di internal Boeing dan pemasoknya, Spirit Aerosystems.
5. Bagaimana pengaruh pemogokan terhadap operasional Boeing?
Pemogokan selama tujuh minggu oleh 33.000 pekerja berdampak besar terhadap produksi pesawat utama seperti 737 Max dan 777. Hal ini menghentikan produksi di dua pabrik utama dan mengakibatkan kerugian miliaran dolar bagi Boeing.
6. Apa langkah yang diambil Boeing untuk mengatasi krisis ini?
Boeing mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10% karyawannya, serta menggalang dana lebih dari USD20 miliar dari penjualan saham dan pinjaman. Perusahaan juga menunda peluncuran pesawat baru seperti 777X hingga 2026.
7. Bagaimana posisi Boeing dibanding Airbus saat ini?
Pada tahun 2024, Airbus mengirimkan 766 pesawat, jauh lebih banyak dibandingkan Boeing yang hanya 348 pesawat. Hal ini mencerminkan dominasi Airbus di pasar global saat Boeing masih berjuang keluar dari krisis.
8. Apakah perang dagang ini berdampak pada industri penerbangan global?
Ya. Tarif tinggi antara AS dan China meningkatkan biaya pengadaan pesawat dan suku cadang, menghambat arus perdagangan global, serta menimbulkan ketidakpastian bagi maskapai dan produsen pesawat di seluruh dunia.
9. Kapan Boeing diperkirakan pulih dari krisis ini?
Belum ada kepastian. Namun, pemulihan akan bergantung pada penyelesaian perang dagang, pemulihan reputasi keselamatan produk Boeing, serta keberhasilan dalam mengatasi masalah produksi dan tenaga kerja.
10. Apakah ada kemungkinan perang dagang mereda dalam waktu dekat?
Meski Trump sempat mengumumkan jeda tarif tambahan, belum ada sinyal konkret dari kedua belah pihak untuk meredakan ketegangan secara permanen. Situasi tetap dinamis dan sangat bergantung pada negosiasi politik antara AS dan China.
IKUTI INDONESIAUPDATES.COM
GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL