INDONESIAUPDATES.COM, PENDIDIKAN – Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan kompetitif, ukuran kepintaran sering kali dikaitkan dengan gelar akademik, prestasi kerja, atau kecakapan teknologi. Namun, Islam memiliki standar yang jauh lebih mendalam dalam menilai siapa sejatinya orang pintar.
Bagi umat Islam, kepintaran sejati bukan hanya soal kecakapan duniawi. Ia menyangkut kesadaran spiritual, pemahaman akan hakikat hidup, serta kesungguhan dalam menempuh jalan kembali kepada Allah.
Esensi Kepintaran: Tahu Tujuan dan Jalan Pulang
Pendakwah kondang Ustadz Adi Hidayat (UAH) pernah menyampaikan bahwa orang pintar sejati adalah mereka yang memahami esensi kehidupan. Menurutnya, kecerdasan hakiki terletak pada kesadaran akan tujuan penciptaan dan bagaimana cara terbaik untuk kembali kepada Sang Pencipta.
“Orang pintar itu orang yang paham esensi kehidupan, untuk apa dia ada di dunia dan bagaimana dia cara pulang meninggalkan dunia,” ujar UAH dalam salah satu ceramahnya.
Lebih lanjut, UAH menegaskan bahwa orang yang cerdas dalam pandangan Islam akan selalu menyambungkan segala aktivitasnya kepada Allah. Ia senantiasa berkonsultasi kepada-Nya dalam setiap langkah hidup.
“Dia akan bertanya pada Allah, ‘Ya Allah, kenapa saya diciptakan? Apa tugas saya? Untuk apa saya hidup di bumi ini?’”
Islam: Panduan Hidup yang Menyeluruh
Menurut UAH, hanya Islam yang memberikan panduan hidup paling lengkap. Mulai dari cara makan, tidur, berdiri, hingga interaksi sosial—semuanya memiliki tuntunan yang jelas dalam syariat Islam.
“Tidak ada satu pun ajaran yang mampu menjelaskan semua aktivitas manusia dari bangun tidur sampai tidur kembali, bahkan sampai wafat dan setelah wafat, kecuali Islam,” katanya.
Dengan demikian, Islam tidak hanya mengatur aspek ritual, tetapi juga sangat memperhatikan sisi praktis kehidupan sehari-hari. UAH pun mengingatkan bahwa sehebat apapun seseorang dalam ilmu dunia, jika ia tidak tahu tujuan hidup, maka ilmunya belum sempurna di sisi Allah.
Ia mencontohkan seseorang yang ahli membuat teknologi canggih atau membangun gedung tinggi, namun tidak tahu cara bersuci sebelum sholat—sebuah tanda bahwa ilmu akhirat harus menjadi prioritas.
“Lalu siapa yang lebih pintar? Orang yang tahu cara mendekatkan diri kepada Allah, atau orang yang hanya pintar menguasai dunia tapi melupakan akhirat?”
Menanamkan Kepintaran Hakiki Sejak Dini
Pandangan Islam tentang kepintaran ini penting ditanamkan sejak dini, terlebih di tengah gempuran budaya materialistik yang menekankan kesuksesan lahiriah.
Islam mengajarkan bahwa setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawaban. Bahkan hal-hal yang tampak sepele seperti gerakan jari atau ucapan ringan tidak luput dari penilaian.
Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mulk ayat 2:
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu siapa yang terbaik amalnya.”
(QS. Al-Mulk: 2)
Ayat ini menjadi dasar bahwa hidup adalah ujian untuk menampilkan amal terbaik, bukan sekadar mengumpulkan harta atau mengejar jabatan.
UAH juga menekankan pentingnya doa dalam setiap aktivitas, termasuk sebelum tidur. Ia mengingatkan bahwa bahkan istirahat bisa bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah.
“Setiap aktivitas ada tuntunannya, setiap gerak ada nilainya, setiap niat dihitung sebagai ibadah jika diniatkan karena Allah,” ujarnya.
Bekal Terbaik adalah Amal dan Niat
Dengan memahami konsep kepintaran versi Islam, seseorang akan lebih tenang dan terarah dalam menjalani hidup. Ia tak mudah terombang-ambing oleh arus zaman karena tahu apa yang ia cari dan ke mana ia akan kembali.
“Jadilah orang pintar yang sejati, tahu tujuan hidup, tahu jalan pulang, dan tahu bekal apa yang harus disiapkan,” tutup UAH dalam kajiannya.
Pertanyaan Umum (FAQ): Orang Pintar Menurut Islam
1. Apa definisi orang pintar dalam pandangan Islam?
Dalam Islam, orang pintar adalah mereka yang memahami tujuan hidupnya, tahu untuk apa ia diciptakan, dan bagaimana cara terbaik untuk kembali kepada Allah. Kepintaran bukan hanya soal duniawi, tapi juga soal kesadaran spiritual dan amal.
2. Apakah gelar akademik dan prestasi duniawi tidak penting dalam Islam?
Gelar akademik dan prestasi duniawi tetap penting, namun bukan ukuran utama kepintaran. Islam memandang bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan seseorang kepada Allah dan memberi manfaat bagi sesama.
3. Bagaimana cara menjadi orang pintar menurut Islam?
Beberapa cara di antaranya:
-
Memahami tujuan penciptaan manusia.
-
Menjalankan hidup sesuai tuntunan Islam.
-
Menjadikan semua aktivitas sebagai bentuk ibadah.
-
Memperbanyak amal saleh dan menjaga niat yang lurus.
-
Selalu introspeksi dan belajar dari Al-Qur’an serta hadis.
4. Apakah Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia?
Ya, Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh). Dari bangun tidur hingga tidur kembali, bahkan sampai wafat, semua aspek kehidupan memiliki tuntunan dalam syariat Islam.
5. Apakah orang yang tidak tahu agama bisa disebut tidak pintar menurut Islam?
Dalam konteks keislaman, orang yang tidak mengetahui agama atau tidak memahami tujuan hidup dipandang belum mencapai kepintaran sejati. Namun, setiap orang memiliki kesempatan untuk belajar dan memperbaiki diri.
6. Apa dalil utama yang menjelaskan bahwa hidup adalah ujian untuk amal terbaik?
Dalil utamanya adalah surat Al-Mulk ayat 2:
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu siapa yang terbaik amalnya.”
(QS. Al-Mulk: 2)
7. Apa yang dibawa manusia ketika meninggal dunia menurut Islam?
Menurut ajaran Islam, manusia tidak membawa harta atau jabatan ketika meninggal, melainkan amal perbuatannya, niatnya selama hidup, dan ketakwaannya kepada Allah.
IKUTI INDONESIAUPDATES.COM
GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL