...
MalangBeritaJawa TimurNasional

Kericuhan di Malang Berujung Maut, Pemuda Blitar Tewas Ditusuk Saat Konvoi

×

Kericuhan di Malang Berujung Maut, Pemuda Blitar Tewas Ditusuk Saat Konvoi

Bagikan Berita Ini
Ilustrasi - Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Nanang Haryono menjelaskan soal kasus penusukan anggota perguruan silat di Kota Malang.
Ilustrasi - Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Nanang Haryono menjelaskan soal kasus penusukan anggota perguruan silat di Kota Malang.

INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Aksi konvoi dan euforia ratusan pendekar yang menutup jalan di Kota Malang berakhir ricuh dan memakan korban jiwa. Seorang pemuda bernama M Atjhi Saputra (18), warga Blitar, tewas akibat luka tusuk di dada kiri yang menembus paru-paru, dalam insiden yang terjadi pada Jumat dini hari (4/7/2025).

Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Nanang Ch. Gunawan, menyampaikan bahwa peristiwa berdarah itu terjadi di tengah kerumunan massa yang tidak terkendali. Selain korban tewas, dua pemuda lain mengalami luka-luka dalam insiden tersebut.

“Ada satu korban lainnya, Ruben Pasyah Sandy mengalami luka tusuk di dada kiri dan paha kiri. Sementara Dimas Aditya mengalami luka sabetan senjata tajam,” jelas Nanang.

Pelaku Ditangkap Empat Jam Setelah Penusukan

Pelaku penusukan sempat melarikan diri meski terluka akibat lemparan batu dari massa. Ia membuang senjata tajamnya dan bersembunyi, namun polisi berhasil menangkap pelaku sekitar pukul 05.00 WIB di RSSA Kota Malang.

Barang bukti berupa pisau ditemukan di mobil dinas koperasi, dan diketahui dibawa pelaku dalam tasnya.

“Pelaku bukan anggota perguruan silat. Ia adalah pekerja di perusahaan finance di Kota Malang,” tegas Kombes Nanang, menepis spekulasi keterlibatan organisasi bela diri.

Pasal Penganiayaan dengan Ancaman 7 Tahun Penjara

Pelaku dijerat dengan Pasal 351 ayat 3 subsider ayat (2) KUHP tentang penganiayaan yang menyebabkan kematian dan luka berat, dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun penjara.

Kombes Nanang juga menyebutkan bahwa pihak kepolisian telah melakukan penyekatan di sejumlah titik dan mengimbau massa untuk membubarkan diri. Namun, jumlah yang besar membuat situasi sulit dikendalikan.

“Euforianya memang sulit dikendalikan karena jumlah massa sangat banyak,” pungkasnya.