INDONESIAUPDATES.COM, INTERNASIONAL – Gelombang panas ekstrem yang melanda Spanyol sejak pertengahan Mei telah menyebabkan 1.180 kematian dalam dua bulan terakhir, menurut laporan resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup Spanyol, Senin (14/7). Angka ini mencerminkan lonjakan drastis dibandingkan hanya 70 kematian pada periode yang sama tahun lalu.
Mayoritas korban adalah warga lanjut usia di atas 65 tahun, dengan lebih dari separuhnya perempuan, berdasarkan data dari Institut Kesehatan Carlos III yang dirilis melalui Kementerian Kesehatan.
Utara Spanyol yang Biasanya Sejuk Kini Panas
Wilayah yang paling terdampak adalah bagian utara Spanyol, seperti Galicia, La Rioja, Asturias, dan Cantabria — daerah yang secara historis memiliki musim panas yang sejuk namun kini mengalami peningkatan suhu signifikan.
Selama periode 16 Mei hingga 13 Juli 2025, suhu di banyak wilayah Spanyol mencapai lebih dari 40 derajat Celsius. Lonjakan kematian tertinggi tercatat pada minggu pertama Juli, bertepatan dengan suhu terpanas dalam gelombang panas kali ini.
“Peristiwa ini menunjukkan cuaca ekstrem dengan intensitas luar biasa, ditandai oleh peningkatan suhu rata-rata yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tulis kementerian dalam pernyataan resminya.
Peringatan Merah Melonjak, Tahun Lalu Tidak Ada
Selama dua bulan terakhir, pemerintah mencatat 76 peringatan merah terkait suhu ekstrem — kontras dengan nol peringatan pada periode yang sama tahun lalu.
Sebagai perbandingan, total kematian akibat panas ekstrem selama musim panas tahun lalu di Spanyol tercatat sebanyak 2.191 jiwa. Dengan data terbaru, diperkirakan angka tahun ini bisa melampaui jumlah tersebut secara signifikan.
Laporan Ilmiah Eropa Juga Ungkap Angka Kematian Besar
Data Spanyol ini sejalan dengan laporan ilmiah cepat yang dirilis pada 9 Juli 2025, di mana disebutkan sekitar 2.300 orang tewas di 12 kota Eropa dalam waktu hanya 10 hari, akibat gelombang panas serupa.
Namun, belum dapat dipastikan apakah metodologi penelitian ilmiah dari tim di Imperial College London dan London School of Hygiene and Tropical Medicine itu sepadan dengan data resmi pemerintah Spanyol.