...
BekasiBeritaJawa BaratNasional

Gelombang PHK Terjang Industri Bekasi, Ratusan Pekerja Terdampak

×

Gelombang PHK Terjang Industri Bekasi, Ratusan Pekerja Terdampak

Bagikan Berita Ini
Ilustrasi - Ratusan karyawan PT Sanken Indonesia melakukan perpisahan seusai secara resmi perusahaan tersebut mengumumkan penutupan pabrik yang ada di Kawasan Industri MM2100 Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi pada Juni 2025 lalu.
Ilustrasi - Ratusan karyawan PT Sanken Indonesia melakukan perpisahan seusai secara resmi perusahaan tersebut mengumumkan penutupan pabrik yang ada di Kawasan Industri MM2100 Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi pada Juni 2025 lalu.

INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali menerpa sektor industri di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, hingga awal Juli 2025. Ratusan pekerja di sektor manufaktur menjadi korban, seiring langkah sejumlah perusahaan melakukan efisiensi, relokasi, hingga penutupan operasional.

Berdasarkan data Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Bekasi, perusahaan yang paling terdampak adalah PT Sanken Indonesia. Perusahaan elektronik ini resmi menghentikan seluruh kegiatan produksinya pada Juni 2025, setelah sebelumnya menginformasikan rencana penutupan sejak awal tahun.

“Segala upaya sudah dilakukan oleh PT Sanken, termasuk mencari investor untuk menyelamatkan perusahaan, namun tidak berhasil. Akhirnya diputuskan untuk menutup operasional,” ujar Sekretaris Disnaker Kabupaten Bekasi, Nur Hidayah Setyowati, kepada IndonesiaUpdates.com, Jumat (4/7/2025).

Nur Hidayah menegaskan bahwa penutupan sejumlah pabrik besar tidak berkaitan dengan kenaikan upah minimum kabupaten (UMK) Bekasi. Menurutnya, perusahaan-perusahaan tersebut bahkan memberikan kompensasi PHK di atas ketentuan normatif.

“Penutupan Sanken, Yamaha, dan Tokai Kagu tidak ada hubungannya dengan UMK. Semua karyawan yang terdampak mendapat hak sesuai peraturan, bahkan lebih,” ujarnya.

Ratusan Pekerja Terdampak

Kepala Bidang Hubungan Industrial Disnaker Bekasi, Fuad Hasan, menyebut sektor manufaktur menjadi yang paling terpukul dalam gelombang PHK kali ini, terutama industri elektronik dan otomotif di kawasan industri MM2100.

“Sektor paling terdampak adalah manufaktur. Banyak perusahaan yang melakukan efisiensi, relokasi, hingga benar-benar menutup pabrik,” jelas Fuad.

PT Sanken Indonesia menjadi salah satu kasus terbesar dengan total 451 pekerja terkena PHK. Dari jumlah tersebut, 447 merupakan pekerja tetap (PKWTT) dan 4 orang berstatus pekerja kontrak (PKWT). Surat PHK dikeluarkan pada 8 April 2025 dan berlaku efektif mulai 1 Juli 2025.

Untuk meringankan dampak, perusahaan memberikan berbagai pelatihan kepada karyawan terdampak, antara lain pelatihan kewirausahaan, digital marketing, bahasa Jepang dasar, hingga pembuatan produk makanan seperti bakso.

“Pihak perusahaan juga menyusun database tenaga kerja sesuai keahlian mereka dan merekomendasikan ke vendor, pelanggan, atau perusahaan lain,” tambah Fuad.

Selain Sanken, PHK massal juga terjadi di PT Yamaha Musik Produk Asia yang menghentikan operasional pabriknya sejak Maret 2025 dan mem-PHK sekitar 200 pekerja. Sementara itu, PT Tokai Kagu merumahkan sekitar 180 pekerja sebagai langkah efisiensi.

Pemerintah Siapkan Strategi Pemulihan

Menghadapi lonjakan PHK, Disnaker Bekasi menegaskan komitmennya untuk menyelesaikan persoalan hubungan industrial secara damai. Proses bipartit tetap diutamakan, dan jika tidak membuahkan hasil, akan ditempuh mediasi tripartit.

“Kami mengutamakan penyelesaian bipartit antara perusahaan dan pekerja. Kalau tidak berhasil, baru masuk proses tripartit,” ujar Fuad.

Tak hanya itu, Disnaker juga telah menyiapkan sejumlah strategi pemulihan. Fokus diarahkan pada pelatihan vokasi berbasis kebutuhan industri, pembinaan wirausaha baru, serta kerja sama dengan perusahaan dan lembaga pelatihan kerja.

“Fokus kami bukan hanya mencatat jumlah korban PHK, tapi juga membuka peluang baru agar mereka bisa bangkit dan mandiri kembali,” pungkas Nur Hidayah.