INDONESIAUPDATES.COM, – Pejabat Indonesia pada Rabu menerima jenazah Basri, seorang pekerja migran berusia 50 tahun yang tewas ditembak oleh patroli maritim Malaysia karena diduga melakukan pelanggaran wilayah. Insiden yang terjadi pada 24 Januari di perairan Tanjung Rhu, Selangor, itu juga menyebabkan empat pekerja migran Indonesia lainnya mengalami luka-luka.
Jenazah Basri diterbangkan menggunakan pesawat AirAsia dan tiba di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Provinsi Riau, pada pukul 15.35 WIB. Korban diketahui berasal dari Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Sejumlah pejabat tinggi hadir di bandara untuk menerima peti jenazah, termasuk Penjabat Gubernur Riau Rahman Hadi, Wakapolda Riau Brigjen Adrianto Jossy Kusumo, serta Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dari Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha.
“Kami berhasil memulangkan jenazah hari ini agar dapat segera diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan,” ujar Judha dalam pernyataannya.
Tuntutan Investigasi
Pemerintah Indonesia mendesak Malaysia untuk melakukan investigasi menyeluruh terhadap insiden ini, dengan menyoroti dugaan penggunaan kekuatan berlebihan oleh Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA).
Judha menegaskan bahwa pemerintah Indonesia akan terus memperjuangkan keadilan bagi korban dan meminta transparansi penuh dari pihak berwenang Malaysia.
Kedutaan Besar Indonesia di Kuala Lumpur menerima laporan yang menyebutkan bahwa MMEA melepaskan tembakan ke arah para pekerja migran Indonesia dengan tuduhan bahwa mereka mencoba keluar dari Malaysia melalui jalur ilegal dan melakukan perlawanan saat hendak ditangkap. Namun, pemerintah Indonesia menilai bahwa tindakan penembakan terhadap pekerja migran yang tidak bersenjata merupakan tindakan yang tidak proporsional dan menuntut pertanggungjawaban dari otoritas Malaysia.
Kekhawatiran Hak Asasi Manusia dan Dampak Diplomatik
Penembakan ini memicu kemarahan di Indonesia, dengan berbagai kelompok advokasi pekerja migran mengecam penggunaan kekuatan mematikan terhadap warga sipil. Kementerian Luar Negeri Indonesia telah menghubungi pihak Malaysia untuk meminta penyelidikan segera dan independen atas insiden ini.
Insiden ini berpotensi memperburuk hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia, dua negara tetangga yang memiliki hubungan erat di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan. Malaysia menjadi tujuan utama bagi pekerja migran Indonesia, terutama di sektor konstruksi, perkebunan, dan pekerjaan rumah tangga. Namun, kasus kekerasan, penyalahgunaan, dan permasalahan hukum yang melibatkan pekerja migran kerap menjadi isu yang sensitif dalam hubungan kedua negara.
Pemulangan dan Duka Keluarga
Keluarga Basri di Kabupaten Bengkalis menyampaikan kesedihan mendalam dan menuntut keadilan atas kematiannya. Mereka menggambarkan Basri sebagai sosok pekerja keras yang merantau demi mencari kehidupan yang lebih baik.
“Ini bukan hanya tentang kehilangan keluarga kami, tetapi juga memastikan tidak ada pekerja migran Indonesia lain yang mengalami kekerasan seperti ini,” ujar salah satu anggota keluarga.
Sementara itu, empat korban yang mengalami luka-luka masih menjalani perawatan medis di Malaysia, dengan otoritas Indonesia terus memantau kondisi mereka serta proses hukum terkait kasus ini.
Langkah Selanjutnya
Indonesia berjanji akan memberikan bantuan hukum bagi para korban selamat serta keluarga Basri, sembari terus menekan Malaysia agar mengusut insiden ini secara adil.
“Ini adalah ujian bagi komitmen kita dalam melindungi warga negara Indonesia di luar negeri,” tambah Judha. “Kami tidak akan berhenti sampai keadilan benar-benar ditegakkan.”
Seiring berjalannya penyelidikan, publik Indonesia menantikan perkembangan lebih lanjut dengan harapan insiden tragis ini dapat mendorong perlindungan yang lebih kuat bagi pekerja migran dan meningkatkan akuntabilitas dalam tindakan penegakan hukum lintas batas.
IKUTI INDONESIAUPDATES.COM
GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL