Indonesia Updates
JakartaBeritaNasional

Generasi NEET Mengancam Prospek Generasi Emas Indonesia 2045

×

Generasi NEET Mengancam Prospek Generasi Emas Indonesia 2045

Sebarkan artikel ini
Image Credit Yegar Sahaduta Mangiri/Antara - Sejumlah pelajar mencari informasi di stan perguruan tinggi pada Sulawesi Education & Techno Expo di Manado Town Square, Sulawesi Utara, Jumat (7/2/2025)
Image Credit Yegar Sahaduta Mangiri/Antara - Sejumlah pelajar mencari informasi di stan perguruan tinggi pada Sulawesi Education & Techno Expo di Manado Town Square, Sulawesi Utara, Jumat (7/2/2025)

INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Fenomena Generasi NEET (Not in Education, Employment, or Training) yang terjadi di kalangan generasi Z semakin menjadi perhatian serius. Penurunan jumlah anak muda yang melanjutkan pendidikan, bekerja, atau mengikuti pelatihan keterampilan dapat mengancam masa depan Indonesia, terutama dalam upaya mewujudkan “Generasi Emas” pada tahun 2045.

Angka NEET Meningkat, Wawan Kurniawan Soroti Bahaya Bagi Generasi Emas

Dilansir dari RRI Pro 3, Menurut peneliti psikologi sosial Wawan Kurniawan, fenomena NEET di kalangan generasi Z dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, jumlah anak muda berusia 15-24 tahun yang tidak melanjutkan pendidikan, tidak bekerja, dan tidak mengikuti pelatihan keterampilan terus meningkat.

“Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan mengingat bisa mengancam kualitas generasi mendatang. Apalagi, generasi Z akan menjadi pilar utama menuju generasi emas 2045,” ungkap Wawan, Minggu (16/2/2025).

Mahalnya Biaya Pendidikan Tinggi dan Stereotip Negatif terhadap Generasi Z

Salah satu penyebab utama meningkatnya angka NEET, menurut Wawan, adalah mahalnya biaya pendidikan tinggi. Pendidikan yang semakin tidak terjangkau membuat banyak anak muda enggan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Terlebih, banyak yang merasa bahwa kuliah tidak menjamin pekerjaan yang baik, terlebih ketika mereka melihat banyaknya lulusan perguruan tinggi yang sulit mendapatkan pekerjaan.

Fenomena ini diperburuk oleh persepsi negatif terhadap generasi Z. Banyak yang beranggapan bahwa generasi muda saat ini dianggap kurang mampu, malas, dan tidak dapat beradaptasi dengan dunia kerja. Stereotip ini semakin memperburuk kondisi, dan membuat mereka semakin terpinggirkan di pasar tenaga kerja.

Sulitnya Akses Pelatihan Keterampilan, Terutama di Indonesia Timur

Selain kesulitan dalam mengakses pendidikan tinggi, masalah besar lainnya adalah minimnya akses terhadap lembaga pelatihan keterampilan yang dapat membantu generasi Z memperoleh kemampuan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja. Wawan menyoroti bahwa di wilayah Indonesia Timur, akses terhadap balai latihan keterampilan sangat terbatas, dan hal ini semakin menambah tantangan bagi anak muda yang ingin meningkatkan keterampilan mereka.

“Masalah akses bagi generasi muda terhadap balai latihan harus menjadi perhatian serius. Selain sulit mengakses pendidikan tinggi yang mahal, juga sulit mengakses balai-balai latihan keterampilan,” ujarnya.

BACA :   Pembunuh Nia, Gadis Penjual Gorengan di Sumbar, Berhasil Ditangkap

Peran Pemerintah dan Swasta untuk Meningkatkan Akses Pendidikan dan Pelatihan

Wawan menekankan pentingnya peran pemerintah dan sektor swasta dalam memperbanyak dan meningkatkan fasilitas pelatihan vokasi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Pelatihan keterampilan yang terjangkau dan relevan dapat membantu generasi muda untuk memasuki dunia kerja tanpa harus melalui jalur pendidikan tinggi yang mahal dan penuh tantangan.

Selain itu, upaya untuk membuat pendidikan tinggi lebih terjangkau perlu menjadi prioritas agar anak muda dari berbagai latar belakang ekonomi dapat mengakses peluang pendidikan yang lebih baik. Hal ini akan mengurangi jumlah generasi muda yang terjebak dalam status NEET, dan memastikan mereka dapat menjadi bagian dari kekuatan pendorong pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Menghadapi Tantangan Menuju Generasi Emas 2045

Indonesia menargetkan tercapainya “Generasi Emas” pada 2045, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di tingkat global. Namun, untuk mencapai tujuan ini, tantangan besar terkait dengan NEET harus segera ditangani. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan peluang pendidikan dan pelatihan yang lebih inklusif dan merata, agar generasi muda Indonesia tidak terpinggirkan dan bisa berkontribusi maksimal untuk kemajuan bangsa.


Pertanyaan Umum FAQ (Frequently Asked Questions)


1. Apa itu NEET?
NEET adalah singkatan dari “Not in Education, Employment, or Training,” yang merujuk pada individu, khususnya generasi muda, yang tidak melanjutkan pendidikan, tidak bekerja, dan tidak mengikuti pelatihan keterampilan. Fenomena ini semakin meningkat, terutama di kalangan generasi Z.

2. Apa dampak dari meningkatnya angka NEET di Indonesia?
Meningkatnya angka NEET dapat mengancam kualitas generasi mendatang, terutama dalam mewujudkan “Generasi Emas Indonesia 2045.” Hal ini berpotensi menurunkan tingkat produktivitas dan daya saing bangsa di pasar global.

3. Apa penyebab utama fenomena NEET di kalangan generasi Z?
Salah satu penyebab utama fenomena NEET adalah mahalnya biaya pendidikan tinggi, yang membuat banyak anak muda tidak dapat mengakses pendidikan yang layak. Selain itu, adanya persepsi bahwa kuliah tidak menjamin pekerjaan yang baik juga menjadi faktor penting.

4. Apa saja tantangan yang dihadapi oleh generasi Z dalam mencari pekerjaan?
Generasi Z menghadapi tantangan dalam mencari pekerjaan karena stereotip yang menganggap mereka malas, kurang kompeten, atau tidak bisa beradaptasi dengan dunia kerja. Ditambah lagi, tingginya tingkat pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi membuat mereka semakin pesimis.

BACA :   Petugas KSOP yang Tendang Dagangan Emak-emak di Pelabuhan Kendari Minta Maaf Usai Viral

5. Apa solusi yang diajukan untuk mengatasi masalah NEET?
Solusi yang diajukan meliputi peningkatan akses pendidikan tinggi yang lebih terjangkau dan perluasan fasilitas pelatihan vokasi yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Pemerintah dan sektor swasta juga diminta untuk bekerja sama dalam menciptakan peluang pelatihan keterampilan yang lebih inklusif, terutama di daerah yang sulit mengakses pelatihan.

6. Bagaimana pemerintah dapat membantu mengurangi angka NEET?
Pemerintah dapat membantu dengan memperbaiki sistem pendidikan dan pelatihan yang lebih merata dan terjangkau, serta memperkenalkan kebijakan yang mempermudah generasi muda untuk mengakses pelatihan vokasi. Selain itu, sektor swasta juga perlu memperbanyak peluang magang atau pelatihan kerja.

7. Apa yang bisa dilakukan generasi muda agar tidak terjebak dalam status NEET?
Generasi muda disarankan untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan, baik melalui pendidikan formal, pelatihan vokasi, atau pengalaman kerja. Mengikuti program magang dan mencari peluang kerja sambil belajar juga dapat membantu mereka meningkatkan daya saing di dunia kerja.

8. Apa peran penting sektor swasta dalam mengurangi angka NEET?
Sektor swasta dapat berperan dengan menyediakan lebih banyak pelatihan keterampilan yang relevan dengan industri dan pasar tenaga kerja. Mereka juga dapat berinvestasi dalam program pelatihan vokasi untuk membantu generasi muda mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

9. Bagaimana NEET dapat memengaruhi masa depan Indonesia?
Jika angka NEET terus meningkat, kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia akan terganggu, yang dapat memperlambat pencapaian “Generasi Emas Indonesia 2045.” Hal ini bisa menghambat pembangunan ekonomi dan daya saing Indonesia di tingkat global.

10. Apa yang bisa dilakukan masyarakat untuk membantu mengatasi fenomena NEET?
Masyarakat dapat mendukung generasi muda untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan melalui program pendidikan informal, komunitas pembelajaran, atau inisiatif lokal. Peningkatan kesadaran mengenai pentingnya pendidikan dan pelatihan keterampilan sangat dibutuhkan.


IKUTI INDONESIAUPDATES.COM

GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL