Langsung ke konten 
FAQ – Paus Terdampar Usai Gempa M 8,7 Kamchatka
1. Apa penyebab paus terdampar di Jepang setelah gempa Kamchatka?
Penyebab pasti belum dikonfirmasi, namun para ahli menduga bahwa gelombang seismik bawah laut, perubahan tekanan laut, atau gangguan pada navigasi sonar alami paus akibat gempa bumi dapat memicu mereka kehilangan arah dan terdampar di pantai.
2. Di mana lokasi paus ditemukan terdampar?
Empat paus besar ditemukan terdampar di pesisir utara Jepang, beberapa jam setelah gempa berkekuatan magnitudo 8,7 mengguncang lepas pantai Kamchatka, Rusia, dan memicu tsunami kecil di berbagai wilayah pesisir Jepang.
3. Apakah gempa Kamchatka menyebabkan tsunami di Jepang?
Ya. Badan Meteorologi Jepang (JMA) mencatat tsunami setinggi 50 cm menghantam Pelabuhan Ishinomaki di Prefektur Miyagi. Gelombang serupa dengan ketinggian 40 cm tercatat di 16 lokasi lain dari Hokkaido hingga timur laut Tokyo.
4. Apakah ada peringatan tsunami resmi dari pemerintah Jepang?
Ya. Pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan tsunami untuk wilayah pesisir Pasifik dari Hokkaido hingga Wakayama, dengan potensi ketinggian gelombang mencapai 3 meter.
5. Apa itu Cincin Api Pasifik dan apa hubungannya dengan gempa ini?
Cincin Api Pasifik adalah zona geologis aktif berbentuk tapal kuda yang mengelilingi Samudra Pasifik. Kawasan ini sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi. Gempa Kamchatka M 8,7 terjadi di wilayah ini, menjelaskan tingginya aktivitas seismik.
6. Apakah hubungan antara gempa bumi dan paus terdampar sudah terbukti ilmiah?
Belum ada konsensus ilmiah yang mutlak. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa frekuensi gelombang gempa, perubahan medan magnetik bumi, dan suara bawah laut dapat memengaruhi navigasi paus, yang mengandalkan sonar untuk bergerak.
7. Apakah ini pertama kalinya paus terdampar setelah gempa besar?
Tidak. Kasus serupa telah dilaporkan sebelumnya di berbagai belahan dunia. Fenomena paus terdampar kerap terjadi setelah aktivitas seismik besar, namun hubungan kausal langsung masih diteliti lebih lanjut oleh para ilmuwan.
IKUTI INDONESIAUPDATES.COM
GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL
