INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan fakta mengejutkan terkait paparan Bisphenol A (BPA) pada galon guna ulang (ganula) yang beredar di enam kota besar Indonesia. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar BPA dalam air kemasan dari galon tua telah melampaui ambang batas aman, memicu kekhawatiran serius soal keselamatan konsumen.
Temuan ini memperkuat desakan agar pemerintah segera menetapkan regulasi batas usia pakai galon, guna menutup celah beredarnya ganula yang secara diam-diam membahayakan kesehatan masyarakat.
“Plastik seperti galon polikarbonat tidak bisa dipakai selamanya. Tapi faktanya satu galon bisa digunakan bertahun-tahun, puluhan kali isi ulang,” kata David Tobing, Ketua Komunitas Konsumen Indonesia (KKI), Jumat (5/7/2025).
Label BPA Tak Cukup Tanpa Batas Usia Pakai
BPOM telah mewajibkan label peringatan BPA pada galon berbahan polikarbonat sejak 2024 dengan masa transisi hingga 2028. Namun, David menyebut kebijakan itu belum cukup.
“Label penting, tapi tanpa aturan batas masa pakai, ganula tetap beredar bebas. Ini barang plastik, bukan abadi,” tegasnya.
Bahaya BPA: Ganggu Hormon Hingga Risiko Kanker
BPA merupakan senyawa kimia pengganggu endokrin (endocrine disruptor) yang dapat meniru hormon estrogen dalam tubuh manusia. Sejumlah studi internasional telah mengaitkan paparan BPA dengan:
-
Gangguan perkembangan anak,
-
Masalah kesuburan,
-
Risiko kanker payudara dan prostat,
-
Gangguan sistem imun.
“Risiko migrasi BPA semakin tinggi jika galon tua, terkena panas, atau dicuci berulang dengan cara tidak tepat,” jelas David.
Ganula: Galon Zombie yang Masih Diedarkan
David menyebut galon tua sebagai “ganula” atau galon zombie, yang masih terlihat layak pakai namun telah melewati usia teknis penggunaannya.
“Produsen tetap membiarkan ganula beredar karena bisa menekan biaya produksi. Padahal ini merugikan konsumen,” kata David.
Sementara itu, pakar polimer dari Universitas Indonesia, Prof. Mochamad Cholid, menyarankan agar galon hanya digunakan maksimal 40 kali atau sekitar 1 tahun (dengan asumsi isi ulang mingguan). Lebih dari itu, risiko peluruhan BPA meningkat signifikan.
Konsumen Minim Informasi, Tapi Siap Mendukung Regulasi
Survei KKI menunjukkan bahwa:
-
43,4% konsumen tidak mengetahui adanya label BPA.
-
Setelah diberi informasi, 96% mendukung penarikan ganula dari pasar.
“Ini bukti masyarakat peduli. Mereka hanya kurang informasi. Pemerintah wajib hadir, bukan hanya membiarkan produsen meraup untung,” ujar David.
Lebih dari 100 Juta Jiwa Terancam Paparan BPA
Dengan 40% penduduk Indonesia mengandalkan air minum dalam kemasan galon, diperkirakan lebih dari 100 juta orang berpotensi terpapar BPA setiap hari dari ganula.
“Bayangkan, ini soal generasi, bukan cuma segelintir orang. Jika pemerintah lambat bertindak, dampaknya bisa panjang dan masif,” tutup David Tobing.
KKI mendesak pemerintah untuk:
-
Menetapkan aturan batas usia galon guna ulang secara tegas,
-
Mempercepat implementasi label BPA secara nasional,
-
Melindungi konsumen dari praktik bisnis yang mengorbankan kesehatan publik.