INDONESIAUPDATES.COM, INTERNASIONAL – Sampah luar angkasa kini menjadi ancaman nyata bagi ribuan satelit yang mengorbit Bumi. Data terbaru dari Badan Antariksa Eropa (ESA) mencatat bahwa lebih dari 6.600 ton sampah antariksa saat ini mengelilingi Bumi, sebagian besar berada di orbit rendah Bumi (LEO), dengan ketinggian antara 160 hingga 2.000 kilometer.
Kondisi ini semakin mengkhawatirkan mengingat ketergantungan manusia pada satelit yang begitu besar—mulai dari navigasi, komunikasi, cuaca, hingga pengamatan Bumi. “Kita sangat bergantung pada satelit untuk kehidupan sehari-hari,” ujar Direktur Jenderal ESA, Josef Aschbacher, seperti dikutip dari New Atlas, Jumat (18/4/2025).
Puing-puing Kecil, Ancaman Besar
Sampah luar angkasa terdiri dari berbagai macam objek—mulai dari sisa tabrakan atau ledakan satelit, hingga benda-benda kecil seperti penutup lensa atau alat astronot yang terlepas saat misi. Meskipun kecil, benda seukuran 1 milimeter dapat menyebabkan kerusakan serius pada satelit. Bahkan, puing sebesar 1 sentimeter memiliki energi kinetik setara dengan granat tangan.
Dengan lebih dari 1,2 juta puing berukuran lebih dari 1 cm yang saat ini mengorbit Bumi, potensi tabrakan semakin tinggi. Tiap tabrakan juga berisiko menciptakan lebih banyak serpihan, memicu efek berantai yang dikenal sebagai Kessler Effect, yakni situasi di mana kepadatan puing di orbit menyebabkan tabrakan beruntun dan membuat orbit rendah tak lagi aman.
Lonjakan Satelit Mini Perburuk Situasi
Ledakan peluncuran satelit mini serta proyek-proyek konstelasi raksasa seperti Starlink memperparah akumulasi sampah luar angkasa. Hingga kini, jumlah puing hampir setara dengan jumlah satelit aktif di orbit.
Meski belum ada regulasi internasional yang mewajibkan negara atau perusahaan membersihkan sampah luar angkasa, sejumlah badan antariksa telah mulai mengambil langkah mitigasi. ESA, misalnya, telah mengembangkan pedoman untuk mengurangi penciptaan sampah baru, seperti mendesain satelit agar tidak meledak setelah tidak lagi berfungsi.
Misi Pembersihan Pertama: ClearSpace-1
ESA juga tengah menyiapkan misi ambisius bertajuk ClearSpace-1, yang dijadwalkan meluncur pada 2028. Wahana ini akan menggunakan empat lengan robotik untuk menangkap dan menarik puing-puing keluar dari orbit, sebelum menghancurkannya di atmosfer.
Meskipun teknologi ini dianggap sebagai langkah awal penting, pembersihan menyeluruh diperkirakan akan memerlukan waktu panjang dan kolaborasi global yang erat, seiring bertambahnya aktivitas komersial dan eksplorasi luar angkasa.
Dengan biaya peluncuran yang semakin murah dan impian besar menghadirkan internet global serta pembangkit energi matahari luar angkasa, dunia dihadapkan pada tantangan baru: membersihkan orbit Bumi demi keberlangsungan teknologi dan keamanan antariksa.
Pertanyaan Umum (FAQ): Sampah Luar Angkasa dan Ancaman terhadap Satelit
1. Apa itu sampah luar angkasa?
Sampah luar angkasa adalah benda-benda buatan manusia yang sudah tidak digunakan lagi dan mengorbit Bumi. Ini mencakup bagian roket, satelit rusak, serpihan ledakan, hingga alat-alat kecil dari misi luar angkasa.
2. Berapa banyak sampah luar angkasa yang saat ini mengorbit Bumi?
Menurut data ESA, terdapat lebih dari 6.600 ton sampah luar angkasa yang mengorbit Bumi, sebagian besar berada di orbit rendah (LEO).
3. Apa dampak dari sampah luar angkasa terhadap satelit?
Sampah luar angkasa berisiko menabrak satelit aktif dan merusaknya. Bahkan benda kecil berukuran 1 cm dapat menyebabkan kerusakan serius karena kecepatan orbit yang sangat tinggi.
4. Apa itu Kessler Effect?
Kessler Effect adalah skenario di mana tabrakan antara benda di luar angkasa menciptakan lebih banyak puing, yang kemudian memicu tabrakan beruntun, sehingga mengganggu atau bahkan menghentikan aktivitas luar angkasa di orbit tertentu.
5. Apakah ada upaya untuk membersihkan sampah luar angkasa?
Ya. Salah satunya adalah misi ClearSpace-1 dari ESA yang dijadwalkan diluncurkan pada 2028. Misi ini bertujuan menangkap dan menghilangkan puing luar angkasa menggunakan wahana dengan lengan penjepit.
6. Mengapa sampah luar angkasa terus meningkat?
Peningkatan peluncuran satelit mini, konstelasi satelit besar, dan tidak adanya regulasi internasional yang ketat menyebabkan jumlah puing terus bertambah.
7. Apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah luar angkasa?
Beberapa upaya termasuk mendesain satelit agar terbakar di atmosfer saat masa tugas selesai, menghindari pelepasan komponen, serta penggunaan material tahan tabrakan.
8. Apakah ada hukum internasional untuk menangani sampah luar angkasa?
Saat ini belum ada hukum internasional yang mengikat secara penuh, namun beberapa badan antariksa telah menerapkan pedoman sukarela untuk mengurangi sampah luar angkasa.
IKUTI INDONESIAUPDATES.COM
GOOGLE NEWS | WHATSAPP CHANNEL