Indonesia Updates
TangerangBeritaNasional

Pagar Laut Misterius di Tangerang Meresahkan Nelayan, Hasil Tangkapan Anjlok 80%

×

Pagar Laut Misterius di Tangerang Meresahkan Nelayan, Hasil Tangkapan Anjlok 80%

Sebarkan artikel ini
Image Credit Wawan Kurniawan/Beritasatu - Pagar bambu sepanjang 30 kilometer di laut utara Kabupaten Tangerang dikeluhkan nelayan karena mengganggu aktivitas mereka mencari ikan.
Image Credit Wawan Kurniawan/Beritasatu - Pagar bambu sepanjang 30 kilometer di laut utara Kabupaten Tangerang dikeluhkan nelayan karena mengganggu aktivitas mereka mencari ikan.
bungkus

INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Di pesisir Kabupaten Tangerang, tepatnya di Kecamatan Pakuhaji, nelayan menghadapi masalah besar yang merugikan mereka. Sebuah pagar laut misterius yang terbuat dari bambu, sepanjang 30,16 kilometer, telah menyebabkan penurunan hasil tangkapan ikan yang signifikan. Pagar laut yang diduga sebagai bagian dari proyek reklamasi ini menghalangi akses nelayan ke laut dan merusak habitat alami bagi kerang dan udang rebon yang selama ini menjadi mata pencaharian utama.

Kisah Hendi: Nelayan yang Terpukul Akibat Pagar Laut

Hendi, seorang nelayan yang beroperasi di kawasan Pakuhaji, mengungkapkan betapa besar dampak yang dirasakan oleh dirinya dan nelayan lainnya. Sebelumnya, dirinya mampu menangkap hingga 4 kuintal udang rebon setiap kali melaut, namun sekarang, hasil tangkapan menurun hingga 80%. “Sekarang susah banget nyari ikan atau udang, bahkan kerang yang jadi sumber penghasilan kami. Dulu bisa dapat 4 kuintal udang rebon, sekarang tinggal sedikit banget,” ujar Hendi.

Pagar laut bambu ini, yang dipasang di sepanjang pesisir, menghalangi jalur pelayaran nelayan, membuat mereka kesulitan untuk mencapai laut yang lebih dalam di mana ikan dan udang bisa ditemukan. Selain itu, area sekitar pagar laut ini dulunya merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota laut, termasuk udang dan kerang, yang sangat penting bagi nelayan kecil seperti Hendi.

Dampak Buruk Pada Ekonomi Lokal

Penurunan hasil tangkapan ini tentu saja mempengaruhi pendapatan nelayan dan para pedagang ikan di daerah tersebut. Seorang pedagang di TPI Cituis, Solihin, menjelaskan bahwa akibat berkurangnya pasokan ikan, harga-harga ikan pun meroket. “Harga ikan naik sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram. Cumi-cumi, tenggiri, tongkol, hingga kerang hijau semua harganya melonjak,” katanya.

Sebelumnya, pasokan ikan dari nelayan lokal bisa memenuhi kebutuhan pasar, tetapi kini, banyak pedagang yang terpaksa mendatangkan ikan dari Muara Angke untuk mengisi kekosongan pasokan. Kenaikan harga ini tentunya berdampak pada konsumen yang kini harus membayar lebih untuk ikan dan seafood.

BACA :   Gempa Magnitudo 2,7 Guncang Kabupaten Bandung Pagi Ini

Keluhan Nelayan Kecil

Hendi juga menyayangkan sikap Kepala Desa yang seolah tidak memperhatikan keluhan para nelayan. “Kami hanya bisa bersabar, karena sebagai rakyat kecil, kami tidak punya banyak pilihan. Kepala Desa pun tidak ada kebijakan terkait hal ini,” tambah Hendi. Para nelayan merasa diabaikan, meskipun mereka yang paling terdampak oleh kebijakan pemagaran laut ini.

Tuntutan Pembongkaran Pagar Laut

Dengan berkurangnya hasil tangkapan dan melonjaknya harga ikan, nelayan dan pedagang ikan di kawasan ini berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan. Mereka mendesak agar pagar laut tersebut dibongkar agar aktivitas melaut dan perekonomian lokal bisa kembali normal. Solihin berharap agar nelayan bisa beraktivitas tanpa hambatan, seperti sebelum adanya pagar laut tersebut.

“Semoga pemerintah mendengarkan keluhan kami dan segera membongkar pagar laut itu,” harapnya. Para nelayan kecil menginginkan kebijakan yang mendukung mereka, bukan malah menambah kesulitan hidup.

Kesimpulan

Pagar laut yang diduga bagian dari proyek reklamasi ini telah memberikan dampak yang besar bagi nelayan di Kabupaten Tangerang. Dengan menurunnya hasil tangkapan hingga 80%, dan lonjakan harga ikan yang tidak terkontrol, kehidupan nelayan kecil semakin tertekan. Kini, harapan mereka hanya satu: agar pemerintah segera mengambil langkah untuk membongkar pagar laut dan mengembalikan akses mereka ke laut. Sebagai masyarakat kecil yang menggantungkan hidup di laut, mereka berharap agar nasib mereka mendapat perhatian lebih.


Pertanyaan Umum (FAQ): Pagar Laut Tangerang dan Dampaknya pada Nelayan


1. Apa yang menyebabkan hasil tangkapan nelayan di Tangerang menurun?
Hasil tangkapan nelayan menurun drastis akibat adanya pagar laut bambu sepanjang 30,16 kilometer yang dipasang di pesisir Kabupaten Tangerang. Pagar laut ini menghalangi akses nelayan untuk melaut ke area yang biasa mereka eksplorasi untuk mencari ikan, udang, dan kerang.

2. Berapa persen penurunan hasil tangkapan nelayan?
Nelayan melaporkan penurunan hasil tangkapan hingga 80%, yang berdampak pada pengurangan pendapatan mereka. Sebelumnya, nelayan bisa menangkap 4 kuintal udang rebon, namun kini hasil tangkapan mereka jauh lebih sedikit.

BACA :   Maria Lestari Bantah Dugaan Komunikasi dengan Hasto Kristiyanto dalam Kasus PAW DPR

3. Apa dampak pagar laut terhadap ekosistem laut?
Pagar laut bambu ini merusak habitat alami yang menjadi tempat berkembang biak bagi berbagai biota laut seperti udang rebon, kerang, dan ikan. Kehilangan habitat ini membuat biota laut sulit ditemukan di perairan dekat pesisir, yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian utama para nelayan.

4. Bagaimana pengaruh pagar laut terhadap harga ikan di pasar?
Akibat berkurangnya pasokan ikan dari nelayan lokal, harga ikan di pasar melonjak. Beberapa jenis ikan, seperti cumi-cumi, tenggiri, dan tongkol, mengalami kenaikan harga antara Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram.

5. Apa yang diminta oleh para nelayan terkait pagar laut ini?
Para nelayan meminta pemerintah untuk segera membongkar pagar laut tersebut agar mereka dapat melanjutkan aktivitas melaut dan mengembalikan kehidupan ekonomi mereka seperti sebelumnya. Mereka juga menginginkan kebijakan yang lebih memperhatikan nasib nelayan kecil.

6. Apakah ada pihak yang bertanggung jawab atas pemasangan pagar laut?
Saat ini, belum ada kejelasan terkait siapa yang bertanggung jawab atas pemasangan pagar laut tersebut. Para nelayan mengeluhkan bahwa pemerintah setempat, terutama Kepala Desa, tidak cukup responsif terhadap masalah yang mereka hadapi.

7. Apa solusi yang diharapkan oleh para pedagang ikan?
Pedagang ikan berharap agar pemerintah segera menanggapi keluhan nelayan dan membongkar pagar laut agar pasokan ikan dapat normal kembali. Kenaikan harga ikan yang drastis sudah mulai memberatkan konsumen dan pedagang, sehingga mereka mendesak pemerintah untuk segera bertindak.

8. Sejauh mana dampak pagar laut terhadap masyarakat lokal?
Dampak pagar laut tidak hanya dirasakan oleh nelayan, tetapi juga oleh masyarakat lokal yang mengandalkan hasil laut untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan terbatasnya pasokan ikan, harga yang tinggi menjadi beban bagi konsumen biasa yang membeli ikan dan seafood di pasar.


IKUTI INDONESIAUPDATES.COM DI GOOGLE NEWS


 

XBIO
XBIO
Image Credit Istimewa - Kondisi 2 unit mobil yang terbawa arus banjir ditemukan di bendungan palir.
Cirebon

INDONESIAUPDATES.COM, NASIONAL – Banjir bandang yang melanda Kota dan Kabupaten Cirebon sejak Jumat malam (17/1/2025) mulai menunjukkan tanda-tanda surut pada Sabtu pagi (18/1/2025). Meski demikian, sisa-sisa kerusakan akibat banjir masih…

bungkus